Sunday, October 4, 2009

Gempa Terdahsyat Sepanjang Hidup(ku)

Gempa terdahsyat sepanjang hidupku, demikianlah komentar setiap orang yang saja ajak bicara sampai H +4 ini. Baik itu para sanak saudara, orang-orang yang bertemu di warung, di jalan dan tempat-tempat lain. Semuanya bicara tentang gempa. Sungguh memang, ini adalah gempa terdahsyat yang saya rasakan selama saya mulai merasakan hidup. Gempa yang berpusat di Barat daya Pariaman, sebesar 7,6 pada Skala Richter ini merupakan mimpi buruk bagi sebagian besar masyarakat Sumatera Barat terutama di kabupaten dan kota Pariaman, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan.
Sore itu, sekitar pukul 17.00 saya lagi nonton TV bersama keponakan yang usianya baru 3 tahun. Tidak ada sedikitpun firasat bahwa akan terjadi gempa besar. Sore itu, hanya saya, keponakan dan ibunda saja yang berada dirumah. Sekitar pukul 17.16 tiba-tiba saja rumah bergetar hebat tanpa pemberitahuan dan pengumuman lebih dahulu disertai dengan bunyi derit yang menguji nyali. Secara reflek saya menggendong keponakan dan memanggil orang tua saya yang sedang berada di dapur. Orang tua saya lari ke arah halaman belakang karena kebetulan pintunya terbuka, sedangkan saya lari keluar kedepan rumah bersama keponakan. Begitu kuatnya gempa tersebut, sampai-sampai laripun sempoyongan diringi dengan berjatuhannya perabotan rumah. Sampai di luar rumah, goyangannya semakin hebat. Saya coba untuk duduk dirumpun sambil memandang rumah yang bergoyang sangat hebat. Oh My God, saya merasa rumah ini akan runtuh karena hebatnya gempa. Dalam kondisi dudukpun, badan ini rasanya tak kuat menahan goncangan. Ketika itu saya melihat, pagar rumah tetangga runtuh. Untung saya tidak berada dekat bangunan, karena belum lama ini saya post tentang mitigasi bencana gempa bumi.
Setelah mereda, saya mencoba mengalihkan pandangan ke sekeliling, tetangga semuanya keluar rumah, ada yang pakai kain sarung, kaos singlet bahkan ada yang hanya pakai handuk, mungkin lagi mandi. Melihat keaadaan sudah mereda, saya berlari kembali kedalam rumah untuk menjemput orang tua dan mematikan peralatan listrik yang masih hidup. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup.
Segera setelah gempa, litrikpun mati, akses komunikasi terputus. hari berangsur gelap dan langitpun semakin pekat mencekam. Ditengah kondisi panik, perlahan pandangan mulai kabur karena pekat malam dan sedikit demi sedikit air langitpun tumpah sejadi-jadinya. Kepiluan mulai menebar di seluruh pelosok yang terkena gempa.
Kota padang mengalami akibat paling parah. Ditengah gulita malam dan hujan turun dengan sangat deras terdengar sayup-sayup suara jeritan minta tolong dari balik puing reruntuhan bangunan yang kejam menghujam. Raungan sirine ambulan detik demi detik semakin menyayat kalbu dan jantung ini.
Oh sungguh besar kuasa Mu Tuhan.
Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup di bumi Mu ini.

No comments:

Post a Comment