Sunday, October 18, 2009

Penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) Di Sekolah

Secara tidak sengaja saya menemukan artikel di Kompas.com tertanggal 15 Oktober 2009 dengan judul “SKS Akan "Wajib" Diterapkan di Sekolah”. Sebuah artikel menarik dengan substansi yang juga penting sebagai wujud solusi terhadap persoalan pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan menengah. Penerapan SKS sebenarnya bukan isu baru dalam dunia pendidikan menengah indonesia. Isu ini kembali menguat ditengah-tengah berbagai persoalan pendidikan menengah saat ini. Diantara persoalan tersebut adalah banyaknya mata pelajaran yang dibebankan kepada siswa setiap minggunya, bahkan ada yang mencapai 16 mata pelajaran.

Banyaknya mata pelajaran yang dibebankan tersebut menyebabkan siswa mengikuti pelajaran dengan “terpaksa”. Perasaan terpaksa tersebut muncul karena tuntutan dari banyak pihak seperti guru, kepala sekolah dan orang tua agar sang siswa dapat mencapai hasil maksimal. Sehingga, agar tuntutan tersebut terpenuhi, siswa berusaha melakukan berbagai cara seperti mencontek dan hal lain yang dapat mewujudkan keinginan banyak pihak tersebut.

Selain itu, beban berat tersebut akan menimbulkan rasa malas bagi sebagian siswa. Karena sangat banyaknya mata pelajaran yang harus mereka pelajari, dan tentunya dengan masing tugas dan pekerjaan rumah (PR) nya maka bagi siswa yang apatis akan muncul sifat malas.

Sistem Kredit Semester (SKS), oleh sebagian pihak diyakini sebagai sebuah solusi yang dapat mengatasi persoalan diatas. SKS akan membuat kehidupan sekolah lebih dinamis dan tidak kaku seperti saat ini. Saat ini siswa tidak diberi pilihan tentang pelajaran yang akan dipelajari pada sebuah semester. Selama ini siswa hanya bisa menerima pelajaran dan guru yang akan mengajar sesuai dengan ketentuan oleh sekolah sebelumnya. SKS akan membuat siswa dapat merencanakan studinya sendiri. Guru pun akan lebih mandiri dalam mempersiapkan dirinya. Penerapan SKS di sekolah sebetulnya sudah disiapkan dengan sebuah aturan yang tertera dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 dan menunggu pengesahan dari Presiden.

Namun, penerapan SKS di sekolah ini tentu harus dikaji lebih dalam. Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan adalah Kualitas dan kesiapan sekolah, Kesiapan Siswa, Orang tua, guru, Sistem UN yang ada saat ini.

Mari kita bahas satu-satu, yang pertama tentang kesiapan sekolah. Apakah penerapan SKS ini bisa disemua sekolah? atau hanya di sekolah tertentu saja seperti sekolah mandiri atau Rintisan Sekolah bertaraf internasional (RSBI). Hal ini menyangkut sarana dan prasarana. Selain itu, pada saat ini, sekolah hanya berfokus pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Sekolah lebih berfikir bagaimana meluluskan seluruh siswanya agar rating sekolah bisa naik.

Yang kedua tentang kesiapan siswa. Dengan diterapkannya SKS, maka akan ada siswa yang menyelesaikan studi lebih cepat, mungkin saja 2,5 tahun. Atau malah lebih lambat, 3,5 tahun. Sistem ini mengharuskan siswa menjadi lebih dewasa dan mandiri dalam mengatur studinya sendiri.

Yang ketiga, kesiapan orang tua. Jika selama ini orang tua bisa “lepas tangan” mengenai urusan rencana studi anaknya, karena semua sudah diatur oleh pihak sekolah, maka dengan sistem SKS, orang tua harus lebih proaktif memantau rencana studi anak-anaknya.

Yang ke empat, kesiapan guru. Penerapan sistem ini memungkin dibukanya mata pelajaran secara paralel. Hal ini akan memberi kesempatan bagi siswa untuk memilih guru yang disukainya. Akan ada kelas yang banyak siswa dan kelas yang sedikit siswanya. Maka guru perlu menyiapkan diri menyangkut hal ini.

Yang kelima, tentang pelaksanaan UN. Adanya siswa yang menyelesaikan studi 2,5 tahun akan menjadi masalah jika pelaksanaan UN hanya satu kali setahun. Jika seorang siswa tamat 2,5 tahun tentu harus menunggu 1 semester agar dapat mengikuti UN. Jika penerapan SKS ini terlaksana, maka UN harus dilakukan 2 kali setahun.

selain masalah diatas mungkin banyak lagi berbagai kelebihan dan kekurangan pelaksanaan SKS. Selain itu, tentu saja dibutuhkan sosialisasi ke berbagai pihak agar pelaksanaannya dapat lebih maksimal. Mudah-mudahan saja pendidikan Indonesia semakin baik dikemudian hari.

Salam berry devanda

No comments:

Post a Comment