Tuesday, November 24, 2009

HARI GURU NASIONAL

Tidak banyak yang tahu, bahwa setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru nasional. Bahkan, guru itupun sendiri, belum tentu tahu bahwa ada satu hari yang peringati sebagai penghormatan bagi para Oemar Bakri ini. Peringatan hari guru nasional ini diisi dengan berbagai kegiatan, seperti seminar, perlombaan dan lain sebagainya. Ada juga kegiatan yang diisi dengan upacara bendera, dimana guru harus menjadi pelaksananya dan siswa sebagai peserta upacara.

Pada peringatan kali ini, banyak perkembangan terbaru yang telah dilalui oleh para guru. Pemerintah sudah mulai memperhatikan kualitas guru sebagai tenaga pendidik maupun kesejahteraan guru sebagai manusia dalam menjalani kehidupannya. Tidak dapat dinyana, bahwa profesi guru adalah profesi yang sangat penting dalam menopang peradaban suatu bangsa. Dan sudah sewajarnya pula, peran penting itu disertai dengan penghargaan yang semestinya.

Meningkatnya kesejahteraan guru memang masih diperdebatkan. Banyak kalangan berpendapat, bahwa kesejahteraan guru saat ini bersifat semu. Maksudnya? Jika dibandingkan dengan tahun 60-70-an, gaji guru pada saat itu hanya berkisar Rp. 30.000,-. Pada saat ini mungkin ada guru yang digaji 4 – 5 juta. Tapi angka Rp. 30.000,- itu jika dibandingkan dengan harga emas saat itu, sama besarnya dengan angka 4 juta jika dibandingkan dengan harga emas saat ini. Jadi, banyak kalangan yang berpendapat bahwa gaji guru saat ini hanya besar dari sisi nominal saja.

Kenapa kesejahteraan guru sangat perlu saat ini? coba bayangkan, dengan gaji yang kecil, hanya cukup buat makan dengan keluarganya, kapan guru tersebut akan meng upgrade kemampuannya? Dengan apa guru bisa membeli buku baru untuk menambah pengetahuannya? Kapan guru bisa menikmati kayanya informasi di internet? Atau kapan guru juga bisa berlangganan koran? Bisa anda bayangkan, jika seorang guru hanya menjelaskan informasi yang didapatnya ketika sekolah dulu dan hanya informasi tersebut yang ia sampaikan turun temurun kepada siswanya dari tahun ke tahun. Maka dari itu, perlu kesejahteraan untuk meningkatkan kemampuan guru.

Walaupun begitu, pemerintah saat ini memang harus diberi apresiasi. Jika sebelum reformasi, gaji guru jauh dibawah kata-kata sejahtera, sehingga banyak guru yang bekerja nyambi profesi lain, maka saat ini sudah nampak perubahan pada kehidupan para guru, walaupun belum ada penelitian tentang hal tersebut. Tentu tidak mungkin dalam waktu singkat mensejahterakan semua guru di negara yang berpenduduk 230 juta jiwa ini. Diperlukan waktu yang panjang untuk memperbaiki kesejahteraan guru maupun sistem pendidikan nasional.

Bertepatan dengan hari peringatan profesi yang baru saya tekuni selama 6 bulan ini, ada beberapa catatan yang ingin saya tuangkan dalam postingan kali ini. Bisa sahabat bayangkan, waktu 6 bulan tentu saja belum memberikan pengalaman yang banyak ada peningkatan kemampuan saya. Saya memahami bahwa pengalaman yang masih seumur jagung ini, sangat tidak mungkin membuat kesimpulan. Tapi ini hanya catatan seorang pemula.

1.Mengenai sertifikasi guru

Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional adalah dengan program sertifikasi guru. Sebuah program yang mengharuskan guru meningkatkan kemampuannya dari segi kemampuan akademik, meningkatkan strata pendidikan agar semua guru minimal harus berpendidikan strata 1. Bagi guru yang dinyatakan lulus, diberi penghargaan dengan tambahan satu bulan gaji. Program ini sangat baik menurut saya, disamping tujuannya meningkatkan kualitas tenaga pendidik, juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru.
Hanya saja, lagi-lagi pelaksanaannya yang masih banyak kekurangan. Program ini tidak menjamin guru memiliki kualitas mengajar yang lebih baik. Program sertifikasi guru di artikan sebagai program memburu sertifikat. Tak peduli apakah sertifikat itu memiliki korelasi positif terhadap kemampuan si guru.

2.Pelaksanaan UN

Pada dasarnya saya setuju dengan pelaksanaan UN. Bahwa memang, diperlukan standar agar bisa diketahui mana sekolah yang maju maupun yang belum. Hanya saja, pelaksanaan UN saat ini sangat jauh dari harapan UN semula, untuk mengukur kemampuan siswa. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sekolah berlomba untuk menaikan ranking kelulusannya. Walaupun tidak semuanya, ada saja sekolah yang menggunakan segala cara untuk mencapai hal tersebut. Namun, tentu kesalahan ini bukan hanya pada pihak sekolah.

Jika dicermati lebih jauh, kepala sekolah tentu mendapat “wejangan” pula dari Kepala Dinas Pendidikan Kabuaten/kota. Dan sang Kepala Dinas pun tentu mendapat “bisikan” dari Bupati/Walikota. Semuanya tentu saja bertujuan untuk meningkatkan rangking pendidikan daerah tersebut. hah..... semuanya dilakukan penuh dengan kebohongan. Penuh kepura-puraan dan kelicikan. Berbagai cara ditempuh, ada yang memakai joki mahasiswa, pake sms gelap dan sebagainya.

Salah satu dampak terbesar dari rantai ini adalah guru. Kenapa? Karena, sedikit banyak ini mempengaruhi motivasi sebagian besar siswa. Sehingga muncul ungkapan “buat apa capek-capek belajar, toh nanti juga pasti lulus, kan kebagian kunci jawabannya”. Banyak siswa berkurang rasa hormatnya, karena merasa sudah mendapat “kepastian” tersebut. Walaupun tidak bisa digeneralisasi dalam persoalan ini. Namun itulah faktanya.

3.Profesi guru kurang diminati

Hal ini menyebabkan input universitas penyelenggara jurusan kependidikan bukanlah siswa-siswa terbaik di sekolahnya. Siswa-siswa terbaik lebih senang dan bangga masuk ke jurusan-jurusan lain yang dinilai lebih menjanjikan. Jika para calon guru bukanlah orang-orang terbaik dan juga tidak mau memperbaiki diri, maka tentu bisa dibayangkan bagaimana kualitas pendidikan nantinya. Namun, jika kesejahteraan guru sudah menjanjikan, maka saya yakin, kurang lebih 5 sampai 10 tahun lagi, siswa-siswa terbaik akan dengan senang hati menjadi guru. Kalau kita tanyakan cita-cita banyak siswa waktu dulu, maka kebanyakan jawaban mereka adalah menjadi dokter, insinyur, akuntan dan lain sebagainya. Kenapa bisa seperti itu? Karena semuanya bermuara pada kesejahteraan. Kebanyakan siswa tentu lebih memilih hidup sejahtera di hari depannya. Jika guru sudah sejahtera, maka pastilah ia akan kembali menjadi primadona seperti di awal zaman kemerdekaan dulunya.

Terlepas dari persoalan diatas, saya merasa bangga menjadi guru. Saya bangga ketika melihat anak didik saya menunjukan wajah-wajah paham akan apa yang saya ajarkan. Saya bangga bisa memberikan pengetahuan dan membuat mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saya bangga dengan mendidik siswa saya satu dua kelas, karena mereka lah akan mewarnai perjalanan bangsa ini nantinya. Kalau sudah begitu, berarti saya sudah ikut memberikan bakti kecil pada daerah yang saya tinggali, pulau yang saya tempati dan negara yang sangat saya banggakan ini.

“Jika hari ini, seseorang memimpin sebuah negara, seorang ulama mendakwahkan ajaran mulia, seseorang menjadi penulis terkemuka dan orang-orang luar biasa lainnya. Niscaya sejarahnya dimulai oleh seorang guru yang dengan lembut suaranya dan sabar jiwanya mengajar menulis, membaca dan mendidik kita. SELAMAT HARI GURU NASIONAL....”

Anda pun pasti bangga dengan profesinya masing-masing...

Salam Berry Devanda

Sumber Gambar : http://geogaul.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment