Itulah pertanyaan pilihan yang dilontarkan seorang teman beberapa waktu yang lalu. Mana yang lebih bagus, Facebookan atau ngeblog? Pertanyaan ini berangkat dari perubahan gaya hidup saat sekarang ini, dimana 2 hal tersebut, Facebook dan Blog, menjadi sebuah kebutuhan. Adalah sebuah fakta, bahwa saat ini facebook adalah sebuah situs jejaring sosial yang paling populer di Indonesia. Mulai dari orang tua sampai anak-anak. Politisi sampai para konstituen dengan status sosial yang beragam. Nampaknya, pendiri facebook berhasil membuat orang betah berjam-jam, “terjebak” dalam situs ini.
Sebagian orang meletakan situs facebook pada page pertama pada browsernya. Facebook menjadi situs pertama yang dibuka oleh orang kebanyakan. Baru kemudian email dan Google. Penetrasi facebook berupa mfacebook atau mobile facebook yang plugin dalam Handphone semakin memperkokoh posisinya sebagai situs jejaring sosial terbesar di Indonesia dan dunia.
Lantas, apakah pemakaian yang semakin meluas tersebut sebanding dengan manfaatnya? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Manfaat facebook akan terasa pada saat tali silaturahmi semakin berjabat erat. Misalnya, bertemu kawan yang sudah lama tidak berjumpa. Tetapi bisa juga tidak bermanfaat karena facebook merenggut sebagian besar waktu untuk memberikan manfaat bagi urusan yang lain. Misal, terpaku melihat perubahan status teman, menghabiskan energi dan waktu untuk mengubah status dan foto profile, main game dan lain sebagainya. Sehingga menyebabkan urusan dunia nyata jadi terbengkalai.
Kemudian, bagaimana dengan Blog. Bagi saya, kedua-keduanya sama-sama menghabiskan waktu. Tapi, jika disuruh milih menghabiskan waktu, maka saya lebih memilih blog. Kenapa? Karena dengan blog, saya bisa mencurahkan semua ide dan pemikiran tentang apa saja dalam bentuk tulisan sederhana. Jah..kan di facebook juga bisa? Memang benar, tetapi di FB pembacanya terbatas, jika tulisan tersebut di tag ke teman, maksimal hanya 30 teman kalau tidak salah. Di blog, bisa dibaca banyak orang dan juga bisa via search engine.
Lalu, apakah memang Blog jauh lebih baik dari Facebook? bagi saya, bukan persoalan mana yang lebih baik. Tetapi kedua hal ini saling mendukung. Pada saat saya selesai menulis sat postingan di Blog, salah satu cara saya untuk menyebarluaskan tulisan pada postingan tersebut adalah dengan membuat link nya di facebook. sehingga semua teman facebook saya dapat melihat dan menuju blog saya. Dan berharap dapat meningkatkan traffic blog.
Kemudian, membuat note, dan men-tag kannya ke sebagian teman dengan membuat link menuju blog. Makanya, wajar jika saya tidak mengenal setengah dari teman-teman facebook saya. Karena, bagi saya semakin banyak teman di facebook, maka semakin banyak pula orang yang membaca tulisan di blog saya, dan berharap manfaatnya bisa meluas juga. Itupun jika tulisan saya dianggap bermanfaat.
So, menurut saya, Facebook dan Blog adalah dua hal yang bisa saling mendukung.
Bagaimana menurut anda?
Salam Berry Devanda
Showing posts with label Bloggers. Show all posts
Showing posts with label Bloggers. Show all posts
Tuesday, December 8, 2009
Sunday, November 8, 2009
BLOG KUNING
Pernahkah anda membaca koran yang lebih banyak porsi berita sensasi sex nya daripada berita yang lebih bermanfaat lainnya? Pernahkah anda membaca surat kabar yang headline nya tidak lepas dari berita kriminal dengan judul menggunakan bahasa yang tidak cerdas? Berita-berita seperti pembunuhan, foto-foto mayat mengerikan dengan darah berserakan dimana-mana. Berita tentang pemerkosaan lengkap dengan urutan dan tata cara pelaksanaannya? Pernah nggak?
Pada saat sekarang, sangat banyak ditemukan koran-koran tersebut. Jangankan di Ibukota Jakarta, hampir disetiap daerah terdapat koran lokal seperti itu. Biasanya, koran seperti ini sangat diminati oleh segmen masyarakat tertentu dan jangan salah, oplah koran seperti ini cukup besar. Artinya, koran ini banyak pembacanya. Isi koran berkisar pada berita kriminal, sex dan cerita-cerita nyata yang tentu saja menyerempet ke masalah sex juga. Halaman depan didisain dengan warna yang mencolok dan cenderung norak alias tidak pantas dan judul besar yang tidak proporsional. Gaya bahasa yang asal-asalan, seenak wartawan yang menulisnya. Lengkap dengan layout yang nggak teratur.
Tidak itu saja, koran ini merupakan langganan advertiser iklan yang berbau sex. Iklan-iklan seperti pengobatan alat vital, mbah ini, mak itu, tante ini, tante itu, telpon hot dan lain sebagainya sangat menjamur pada koran seperti ini. Juga terdapat ketidakjelasan pada beberapa artikel. Apakah artikel tersebut benar-benar berita, iklan atau setengah berita setengah iklan, karena tidak jelas apakah advertorial atau tidak. Kalau advertorial kenapa tidak ada kode (adv), kalau berita kok seperti mengiklan sesuatu.
Koran-koran seperti ini di kenal dengan koran kuning. Koran kuning adalah salah satu bentuk daripada yellow journalism (jurnalisme kuning). Menurut Stanley J.Baran, dalam bukunya Introduction to Mass Communication, Media Literacy and Culture, McGraw-Hill, New York, 2004, hlm. 109 (seperti yang ditulis Lukas S Ispandriarno, dosen ilmu komunikasi univ. Atmajaya Yogyakarta) Yellow Journalism adalah Jurnalisme yang menekankan pada sensasi seks, kriminal, dan berita malapetaka; judul besar-besaran; penggambaran yang kasar; dan bergantung pada kartun serta berwarna-warni.
Pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Pulitzer. Dengan surat kabar yang diakuisisinya, New York World. Ia mengubah haluan pemberitaan tersebut kepada masalah skandal, berita-berita sensasional dan kriminal.
Lantas bagaimana dengan blog? Setelah beberapa kali blogwalking, saya melihat ada fenomena menarik dari dunia blogging ini. Dengan tujuan beragam, beberapa blogger, “merelakan” halaman blognya dengan postingan dengan judul yang kurang cerdas. Postingan dengan kata kunci seperti “bugil, telanjang, video mesum” dan lain sebagainya ternyata cukup banyak, terlepas apakah keyword tersebut dipakai hanya untuk judul saja atau memang postingan itu memang mengandung hal tersebut. Ada lagi blog yang langsung memuat gambar dan videonya. Tentu saja, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pagerank dan traffic.
Berdasarkan Ilmu SEO, tentu hal itu sah-sah saja. Tapi batin kita tentu menolak, ketika postingan tersebut bertentangan dengan kepribadian yang punya blog. Saya yakin nggak ada blogger yang emang berpikiran mesum terus. Blogger sejati (waduh...nggak gua banget ne) pastilah selalu membuat postingan yang memberikan manfaat pada banyak orang. Walaupun hanya sekedar curahan hati dan pengalaman pribadi, tapi tentu saja selalu dibungkus dengan nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat. Jika memang punya tulisan dengan genre dewasa (dengan citarasa sastra yang tinggi tentunya) ada baiknya dibatasi segmen pembacanya. Bisa dengan memberikan password dan lain sebagainya.
Saya yang murni pemula ini, mohon ingatkan jika suatu saat saya posting hal tersebut. Saya pikir banyak cara untuk menaikan pengunjung blog. Saya tertegun ketika membaca komentar postingan saya Dua Jempol Untuk Google, seorang teman berkomentar, “pagerank bukan segala-galanya”. Yeahh... benar juga ya. Tapi sebagai blogger, tentu kita ingin tulisan kita bisa dibaca oleh banyak orang sehingga manfaatnya juga meluas. Dan tentu dengan cara yang lebih santun dan elegan.
Salam Berry Devanda
It’s Just A Perspective, What About You?
AYO DUKUNG GERAKAN ANTI BLOG KUNING !!!!
Pada saat sekarang, sangat banyak ditemukan koran-koran tersebut. Jangankan di Ibukota Jakarta, hampir disetiap daerah terdapat koran lokal seperti itu. Biasanya, koran seperti ini sangat diminati oleh segmen masyarakat tertentu dan jangan salah, oplah koran seperti ini cukup besar. Artinya, koran ini banyak pembacanya. Isi koran berkisar pada berita kriminal, sex dan cerita-cerita nyata yang tentu saja menyerempet ke masalah sex juga. Halaman depan didisain dengan warna yang mencolok dan cenderung norak alias tidak pantas dan judul besar yang tidak proporsional. Gaya bahasa yang asal-asalan, seenak wartawan yang menulisnya. Lengkap dengan layout yang nggak teratur.
Tidak itu saja, koran ini merupakan langganan advertiser iklan yang berbau sex. Iklan-iklan seperti pengobatan alat vital, mbah ini, mak itu, tante ini, tante itu, telpon hot dan lain sebagainya sangat menjamur pada koran seperti ini. Juga terdapat ketidakjelasan pada beberapa artikel. Apakah artikel tersebut benar-benar berita, iklan atau setengah berita setengah iklan, karena tidak jelas apakah advertorial atau tidak. Kalau advertorial kenapa tidak ada kode (adv), kalau berita kok seperti mengiklan sesuatu.
Koran-koran seperti ini di kenal dengan koran kuning. Koran kuning adalah salah satu bentuk daripada yellow journalism (jurnalisme kuning). Menurut Stanley J.Baran, dalam bukunya Introduction to Mass Communication, Media Literacy and Culture, McGraw-Hill, New York, 2004, hlm. 109 (seperti yang ditulis Lukas S Ispandriarno, dosen ilmu komunikasi univ. Atmajaya Yogyakarta) Yellow Journalism adalah Jurnalisme yang menekankan pada sensasi seks, kriminal, dan berita malapetaka; judul besar-besaran; penggambaran yang kasar; dan bergantung pada kartun serta berwarna-warni.
Pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Pulitzer. Dengan surat kabar yang diakuisisinya, New York World. Ia mengubah haluan pemberitaan tersebut kepada masalah skandal, berita-berita sensasional dan kriminal.
Lantas bagaimana dengan blog? Setelah beberapa kali blogwalking, saya melihat ada fenomena menarik dari dunia blogging ini. Dengan tujuan beragam, beberapa blogger, “merelakan” halaman blognya dengan postingan dengan judul yang kurang cerdas. Postingan dengan kata kunci seperti “bugil, telanjang, video mesum” dan lain sebagainya ternyata cukup banyak, terlepas apakah keyword tersebut dipakai hanya untuk judul saja atau memang postingan itu memang mengandung hal tersebut. Ada lagi blog yang langsung memuat gambar dan videonya. Tentu saja, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pagerank dan traffic.
Berdasarkan Ilmu SEO, tentu hal itu sah-sah saja. Tapi batin kita tentu menolak, ketika postingan tersebut bertentangan dengan kepribadian yang punya blog. Saya yakin nggak ada blogger yang emang berpikiran mesum terus. Blogger sejati (waduh...nggak gua banget ne) pastilah selalu membuat postingan yang memberikan manfaat pada banyak orang. Walaupun hanya sekedar curahan hati dan pengalaman pribadi, tapi tentu saja selalu dibungkus dengan nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat. Jika memang punya tulisan dengan genre dewasa (dengan citarasa sastra yang tinggi tentunya) ada baiknya dibatasi segmen pembacanya. Bisa dengan memberikan password dan lain sebagainya.
Saya yang murni pemula ini, mohon ingatkan jika suatu saat saya posting hal tersebut. Saya pikir banyak cara untuk menaikan pengunjung blog. Saya tertegun ketika membaca komentar postingan saya Dua Jempol Untuk Google, seorang teman berkomentar, “pagerank bukan segala-galanya”. Yeahh... benar juga ya. Tapi sebagai blogger, tentu kita ingin tulisan kita bisa dibaca oleh banyak orang sehingga manfaatnya juga meluas. Dan tentu dengan cara yang lebih santun dan elegan.
Salam Berry Devanda
It’s Just A Perspective, What About You?
AYO DUKUNG GERAKAN ANTI BLOG KUNING !!!!
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel,
Bloggers
Wednesday, November 4, 2009
FACEBOOK PARLEMEN DUNIA MAYA
Penahanan Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto menuai protes dari berbagai kalangan. Diantaranya, terdapat guru besar dan praktisi hukum, cendikiawan, tokoh agama, tokoh muda, aktivis anti korupsi dan berbagai lapisan masyarakat lainnya. Semua bereaksi dengan berbagai cara pula, ada yang turun ke jalan, pembentukan opini di berbagai media massa, lewat situs jejaring sosial. Bahkan, ada yang berani pasang badan, menjamin dan menggantikan kedua pimpinan KPK tersebut untuk ditahan. Berkat perjuangan banyak pihak, akhirnya Chandra-Bibit dibebaskan pada pukul 24.00 semalam.
Terlepas dari proses kasus Chandra-Bibit yang penuh tanda-tanya, ada satu hal menarik yang patut dicermati pada kasus ini. Yaitu, pemanfaatan situs jejaring sosial sebagai media penggalangan kekuatan dan pembentukan opini masyarakat, dalam hal ini facebook. Kenapa harus facebook? Kenapa tidak mengadu saja ke DPR dan DPD selaku lembaga penyambung lidah rakyat? Padahal, Berdasarkan UU No.22 tahun 2003 mengenai Susunan Dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Susduk), DPD memiliki wewenang yang salah satunya menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Apa yang membuat facebook menjadi media penggalangan opini dan penyampai aspirasi alternatif?
Tidak bisa dipungkiri, bahwa gerakan 1000.000 Facebookers pendukung Chandra-Bibit termasuk urutan teratas dalam pertimbangan orang-orang pengambil kebijakan di negeri ini. Beberapa hal yang membuat facebook menjadi gerakan yang sangat massif dan memiliki power adalah :
• Pengguna aktif facebook di Indonesia sangat banyak. Angka pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007 saja (seperti yang dirilis internetworldstats.com) kurang lebih 20 juta dan menurut APJII kurang lebih 28 juta. Sama sama besar dengan jumlah semua penduduk malaysia. Andaikan saja 10% dari pengguna isnternet mempunyai facebook, berarti 2-2,8 juta orang. Sehingga tidak heran jika kurang dari seminggu sudah didukung oleh 700 ribuan facebookers.
• Facebook memungkinkan penggunanya berpartisipasi walaupun sedang berada diluar daerah. Artinya facebook sangat mobile.
• Membuat gerakan di facebook lebih gampang daripada berdemostrasi dijalan raya. Selain tidak mengganggu ketertiban umum juga tidak capek berpanas-panasan. Dalam hal ini, parlemen jalanan kalah dengan parlemen dunia maya. Walaupun terkadang aksi turun ke jalan juga diperlukan.
• Menggunakan facebook tidak perlu birokrasi yang panjang, tidak perlu menyesuaikan waktu dengan semua orang, kapan anda bisa memberikan masukan dan opini ya langsung berikan, tidak perlu menegangkan urat leher dalam berdebat dan membantah pendapat orang lain. Hanya dengan mengetikan opini, anda sudah ikut berpartisipasi, bisa dilakukan sambil minum kopi, ngerokok dan lain sebagainya.
• Cara bergabung pun gampang. Tidak perlu mengisi formulir. Yang penting anda sudah punya account facebook. Cukup dengan mengklik Join this group. Dan juga bisa men-suggest ke semua teman anda. Seperti MLM, gerakan ini menyebar dengan begitu cepatnya. Ditambah lagi gerakan ini didukung pula oleh media televisi nasional.
Jadi, jika dilihat dari sisi sebagai penyalur aspirasi, pantaskah facebook sebagai parlemen dunia maya?
Bagaimana menurut anda?
Salam Berry Devanda
Terlepas dari proses kasus Chandra-Bibit yang penuh tanda-tanya, ada satu hal menarik yang patut dicermati pada kasus ini. Yaitu, pemanfaatan situs jejaring sosial sebagai media penggalangan kekuatan dan pembentukan opini masyarakat, dalam hal ini facebook. Kenapa harus facebook? Kenapa tidak mengadu saja ke DPR dan DPD selaku lembaga penyambung lidah rakyat? Padahal, Berdasarkan UU No.22 tahun 2003 mengenai Susunan Dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Susduk), DPD memiliki wewenang yang salah satunya menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Apa yang membuat facebook menjadi media penggalangan opini dan penyampai aspirasi alternatif?
Tidak bisa dipungkiri, bahwa gerakan 1000.000 Facebookers pendukung Chandra-Bibit termasuk urutan teratas dalam pertimbangan orang-orang pengambil kebijakan di negeri ini. Beberapa hal yang membuat facebook menjadi gerakan yang sangat massif dan memiliki power adalah :
• Pengguna aktif facebook di Indonesia sangat banyak. Angka pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007 saja (seperti yang dirilis internetworldstats.com) kurang lebih 20 juta dan menurut APJII kurang lebih 28 juta. Sama sama besar dengan jumlah semua penduduk malaysia. Andaikan saja 10% dari pengguna isnternet mempunyai facebook, berarti 2-2,8 juta orang. Sehingga tidak heran jika kurang dari seminggu sudah didukung oleh 700 ribuan facebookers.
• Facebook memungkinkan penggunanya berpartisipasi walaupun sedang berada diluar daerah. Artinya facebook sangat mobile.
• Membuat gerakan di facebook lebih gampang daripada berdemostrasi dijalan raya. Selain tidak mengganggu ketertiban umum juga tidak capek berpanas-panasan. Dalam hal ini, parlemen jalanan kalah dengan parlemen dunia maya. Walaupun terkadang aksi turun ke jalan juga diperlukan.
• Menggunakan facebook tidak perlu birokrasi yang panjang, tidak perlu menyesuaikan waktu dengan semua orang, kapan anda bisa memberikan masukan dan opini ya langsung berikan, tidak perlu menegangkan urat leher dalam berdebat dan membantah pendapat orang lain. Hanya dengan mengetikan opini, anda sudah ikut berpartisipasi, bisa dilakukan sambil minum kopi, ngerokok dan lain sebagainya.
• Cara bergabung pun gampang. Tidak perlu mengisi formulir. Yang penting anda sudah punya account facebook. Cukup dengan mengklik Join this group. Dan juga bisa men-suggest ke semua teman anda. Seperti MLM, gerakan ini menyebar dengan begitu cepatnya. Ditambah lagi gerakan ini didukung pula oleh media televisi nasional.
Jadi, jika dilihat dari sisi sebagai penyalur aspirasi, pantaskah facebook sebagai parlemen dunia maya?
Bagaimana menurut anda?
Salam Berry Devanda
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel,
Bloggers
Sunday, November 1, 2009
Dua Jempol Untuk Google
Sore ini, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah yang tak seberapa, dan memanfaatkan sedikit waktu sebelum mandi. Niatnya sih mau buka facebook, tapi tiba-tiba saja ada sesuatu hal yang menggiring saya untuk ngecek pagerank yang sebenarnya dari dulu saya nggak terlalu memikirkannya. (Gimana mo memikirkan jika setiap ngecek hasilnya selalu NOL besar). Setelah masukin URL, dan ngetik verifikasi code tentunya tekan enter donk....
Setelah nunggu beberapa saat, wow..., ternyata error. Huff...
Tapi nggak langsung putus asa donk, coba lagi. Akhirnya, setelah beberapa bulan ngurus blog ini dengan serius, bergerilya sampai dini hari (mudah2an nggak sampai kena kanker hati), wara-wiri dan sebagainya, dengan senang hati dan tidak dengan keadaan terpaksa saya menerima kehendak mbah Google memberikan saya ranking 2 alias Pagerank 2.
Tapi beneran atau bohong ini ya? Saya coba cek lagi, ternyata benar. Emang Google memberikan Pagerank nggak berurutan ya? Maksudnya dari nol besar loncat ke angka 2 bisa ya? Kenapa nggak ke satu dulu maksudnya, baru hari berikutnya naikin jadi dua, 2 hari lagi jadi 3 dan seterusnya selang 3 hari pun nggak apa-apa sebenarnya. Ha..ha...ha..
Whatever, yang penting hari ini saya senang, terserah besok-besok google nggak seramah ini lagi. yang penting hari ini musti disyukuri, terserah besok apa yang akan terjadi.
Oia, terimakasih buat sobat blogger yang lain, yang sudah sudi mampir ke blog ini, terutama buat para senior yang telah meluangkan waktunya ninggalin komennya. Makasi semuanya. kalau begini, dunia blogging jadi semakin menyenangkan. sekarang saya jadi berani masang pagerank button, kalau kemaren-kemaren nggak kuat melihat nol besar. Semoga bisa selalu update blog ini terus...
Dua Jempol untuk Google yang telah memberikan pagerank 2. Coba kalau langsung ngasih saya pagerank 4, pasti 4 empat jempol juga buatmu mbah.
Salam berry devanda
Subscribe to:
Posts (Atom)