Tanggal 9 Desember diperingati sebagai hari anti korupsi se-dunia. Sebuah pilihan hari yang mencerminkan keinginan bersama dari masyarakat dunia agar terbebas dari the extraordinary crime, korupsi. Memang, Korupsi adalah sebuah kejahatan maha besar dengan efek yang juga sangat luas. Di Indonesia, peringatan hari anti korupsi pada tanggal 9 Desember 2009 ini, direncanakan dengan melakukan aksi massa "Gerakan Indonesia Bersih", dengan mengerahkan 100.000 orang melakukan aksi damai di Jakarta. Momen ini menjadi tepat, karena perhatian bangsa Indonesia sedang terfokus pada kasus korupsi Bank Century.
Terlepas dari semua itu, saya ingin me-repost Tulisan saya tentang korupsi yang juga pernah dimuat di Harian Umum Independen Singgalang, sebuah koran lokal di Sumatera Barat. Tanggal terbit nya saya sudah tak ingat lagi, tapi bulannya masih ingat, Agustus 2007. beberapa data yang tidak relevan lagi sudah saya perbarui. Seperti data indeks persepsi korupsi yang saya kutip sebelumnya adalah data pada tahun 2006, sekarang sudah saya perbarui dengan data 2009. Berikut Tulisan tersebut.
Tingkat korupsi di Indonesia sudah begitu kronis. Data tahun 2009 menunjukan bahwa Indonesia berada pada papan bawah dengan dengan Indek Persepsi Korupsi (IPK) 2,8. Skala IPK mulai dari 1 sampai 10, semakin besar nilai IPK suatu negara maka semakin bersih negara tersebut dari tindakan korupsi. Dari data yang diperoleh dari Transparency International Corruption Perception Index 2009 tersebut, IPK Indonesia sama dengan negara lainnya pada urutan 111 seperti Algeria, Djibouti, Egypt, Kiribati, Mali, Sao Tome and Principe, Solomon Islands dan Togo. Angka ini menyimpulkan bahwa Indonesia adalah sebuah yang belum lepas dari persoalan korupsi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi berarti busuk; palsu; suap. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menyebabkan sebuah negara menjadi bangkrut dengan efek yang luar biasa seperti hancurnya perekonomian, rusaknya sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Korupsi di Indonesia sudah membudaya tanpa proses peradilan yang terbuka dan kredibel. Semua pihak yang terkait dengan sebuah kasus korupsi seakan menutup mata dan lepas tangan seolah-olah tanpa terjadi apa-apa. Tindakan korupsi mulai dari yang paling besar oleh para pejabat negeri ini sampai kepada yang paling kecil seperti pada kepala desa, kepala sekolah dan pegawai rendahan. mulai dari proses penyuapan berjumlah puluhan ribu rupiah yang biasa terlihat di jalanan sampai pada kasus menggelapkan uang negara dengan jumlah triliunan.
Pengertian korupsi dapat menjadi lebih luas lagi. Perbuatan seperti berbohong, menyontek di sekolah, mark up, memberi hadiah sebagai pelican dan slain sebagainya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tindakan korupsi merupakan sekumpulan kegiatan yang menyimpang dan dapat merugikan orang lain. Kasus-kasus korupsi seperti ini sangat banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan cenderung sudah membudaya. Jika diperhatikan, hampir disemua aspek kehidupan bangsa ini terlibat korupsi. Dari lembaga pendidikan sampai lembaga keagamaan sekalipun. Di lingkungan sekolah sangat banyak ditemui praktek-praktek korupsi, mulai dari yang paling sederhana seperti mencontek, berbohong, melanggar aturan sekolah, terlambat datang sampai pada menggelapkan uang sekolah pembangunan sekolah yang bernilai puluhan juta rupiah.
Pada saat ini, ada indikasi terjadinya sikap apatis masyarakat terhadap tindakan korupsi. Masyarakat seakan telah jenuh dan terbiasa dengan kasus-kasus korupsi yang mencuat kepermukaan. Tidak ada sanksi moral dari masyarakat terhadap para koruptor. Bahkan, secara tak langsung budaya korupsi telah merajalela ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Pada setiap aspek kehidupan, selalu ditemui budaya korupsi yang telah mengakar dan menjadi kebiasaan lumrah setiap orang.
Masyarakat harus sadar bahwa uang yang dikorupsi oleh para koruptor merupakan uang rakyat. Uang rakyat tersebut seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, membiayai pendidikan, kesehatan, membuka lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik, air dan lain-lain. Masyarakat harus mengetahui besarnya akibat yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi tersebut, pendidikan menjadi mahal, begitu juga dengan pelayanan kesehatan, transportasi menjadi tidak aman, rusaknya infrastruktur dan yang paling berbahaya adalah meningkatnya angka pengangguran sehingga berkolerasi kepada angka kriminalitas.
Pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 29 Desember tahun 2002 merupakan sebuah itikad baik dari pemerintahan saat itu. KPK menjadi harapan baru bagi indonesia untuk mengobati penyakit bangsa yang sudah kronis. Namun, banyak pihak yang menyangsikan KPK akan mampu memberantas korupsi. Pada awal pendiriannya, banyak pihak yang meragukan sepak terjang KPK. Hal ini cukup beralasan, karena KPK sebagai sebuah lembaga independen beranggotakan orang-orang yang ditunjuk oleh Presiden dan disetujui oleh DPR. Banyak kalangan yang beranggapan bahwa KPK akan tebang pilih dalam menjalankan tugasnya sebagai pengadil para koruptor. Terlepas dari itu, KPK tetap menjadi tumpuan harapan bagi bangsa ini untuk membongkar kasus korupsi dan memenjarakan para koruptor yang terlibat.
Sampai saat ini KPK sudah menunjukan prestasi yang luar biasa. KPK membuat gebrakan dengan menjadikan beberapa gubernur sebagai tersangka.. Disamping itu, KPK juga telah menjadikan beberapa Bupati sebagai tersangka kasus korupsi. Anggota DPR, Menteri, Dirjen dan berbagai pejabat negar lainnya.
Mengingat begitu beratnya tugas KPK dan besarnya akibat yang disebabkan oleh kasus korupsi tersebut, maka diperlukan suatu sistem yang mampu menyadarkan semua elemen bangsa untuk sama-sama bergerak mengikis karang korupsi yang telah menggurita. Cara yang paling efektif adalah melalui media pendidikan. Diperlukan sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terpadu mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan anti korupsi ini sangat penting bagi perkembangan psikologis siswa. Pola pendidikan yang sistematik akan mampu membuat siswa mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan korupsi temasuk sanksi yang akan diterima kalau melakukan korupsi. Dengan begitu, akan tercipta generasi yang sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi dan tahu akan sanksi yang akan diterima jika melakukan korupsi. Sehingga, masyarakat akan mengawasi setiap tindak korupsi yang terjadi dan secara bersama memberikan sanksi moral bagi koruptor. Gerakan bersama anti korupsi ini akan memberikan tekanan bagi penegak hukum dan dukungan moral bagi KPK sehingga lebih bersemangat dalam menjalankan tugasnya.
Kurikulum pendidikan anti korupsi ini disusun seperti kurikulum mata pelajaran yang lain dan diagendakan dalam kurikulum pendidikan nasional. Penyusunan kurikulum dimulai dari tujuan pembelajaran umum, khusus serta indikator dan hasil belajar apa saja yang ingin dicapai setelah memperoleh pendidikan anti korupsi ini. Untuk tahap awal, pendidikan anti korupsi ini bisa disisipkan dalam bentuk satu pokok bahasan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan atau pelajaran ilmu sosial lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk satu pokok bahasan ini antara 8 sampai 9 jam. Atau sekitar 4 sampai 5 kali pertemuan.
Metoda pembelajaran yang digunakan dapat berupa ceramah, diskusi, simulasi, studi kasus dan metoda lain yang dianggap akan membantu tercapainya tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Media yang dapat digunakan seperti tabel angka korupsi dan bahkan bisa digunakan media audiovisual seperti menonton video-video yang berhubungan dengan korupsi. Dengan adanya pendidikan anti korupsi ini, diharapkan akan lahir generasi tanpa korupsi sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang bebas dari korupsi. Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung pada lingkungan sekolah yaitu pada semua elemen pendidikan, seperti kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa. Lingkungan sekolah akan menjadi pioneer bagi pemberantasan korupsi dan akan merembes ke semua aspek kehidupan bangsa demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.
Semoga Bermanfaat....
Salam Berry Devanda
Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts
Monday, December 7, 2009
Thursday, December 3, 2009
Menguasai Hati
Suatu ketika saya merasa begitu tertekan. Dunia ini terasa begitu sempit tatkala banyak persoalan yang saya anggap terberat dalam hidup. Otak sebagai mahakarya sang pencipta yang dipakukan ke dalam tengkorak kepala, tidak mampu lagi berpikir optimal. Jangankan untuk bekerja Optimal, berfikir saja sudah tidak bisa. Berbagai persoalan barupun muncul karenanya, migrain, kambuhnya maag, raut wajah yang kusut masai lengkap dengan sirnanya cahaya ilahi dari wajah ini. Belum lagi rusaknya silaturahmi dengan orang lain. Hati saya terasa begitu gundah gulana, merasa sendiri dalam menghadapi dunia, dan terlempar ke dalam ruang keputusasaan.
Saya tidak lagi bisa berfikir wajar. masalah-masalah sepele pun memaksa saya untuk memikirkannya dengan dalam. Setelah Semua persoalan teratasi, saya merasa bahwa ternyata masalah tersebut sangat gampang dicari pemecahannya. Seketika saya pun menertawakan diri sendiri sambil bergumam, ternyata saya sudah dikuasai oleh hati sendiri, sehingga terbawa perasaan dan tidak mampu lagi berpikir jernih. Menggiring saya pada judgement bermutu rendah. Pernahkah anda mengalami hal yang sama?
Sungguh dunia ini penuh dengan berbagai persoalan. Masalah seolah linear dengan usia, status sosial, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Kenapa Tuhan menciptakan masalah? kenapa semuanya tidak berjalan menyenangkan? kenapa semuanya tidak berjalan sesuai harapan? Terkadang masalah menggiring saya untuk menganggap Tuhan tidak adil pada keadaan. Benarkah demikian?
Tapi, sontak saya tersadar. Ternyata justru sebaliknya, bahwa justru masalah menunjukan kasih sayang-Nya. Kenapa? Logika nya sangat sederhana. Tuhan menciptakan masalah sebagai ujian bagi kita sebagai makhluk untuk "naik tingkat". Analoginya seperti ini, Siswa kelas 1 SD, jika ingin naik ke kelas 2 ia harus mengikuti ujian kenaikan kelas. Jika ia lulus ujian tersebut, maka ia berhak mendapat gelar sebagai siswa kelas 2. Jika tidak lulus, maka ia harus mengulang lagi selama satu tahun untuk mempersiapkan dan mengoreksi diri. Jika ia tidak mau menghadapi ujian tersebut, berarti ia tidak mau naik kelas, ia akan terus menjadi siswa kelas 1 selamanya.
Sampai di kelas 2, tingkat pelajaran tentu tidak sama dengan kelas satu. Jika ingin naik tingkat lagi, ia harus mengikuti ujian kenaikan ke kelas 3. pastinya, soalnya lebih sulit daripada ujian kenaikan ke kelas 2.
Jika Ujian kenaikan adalah analogi dari masalah kehidupan, maka bisa disimpulkan, bahwa masalah adalah sarana (wadah) yang diberikan Tuhan kepada makhluknya untuk "naik tingkat". Naik tingkatnya tentu berkaitan dengan nilai kehidupan. Orang yang bisa melewati semua masalahnya, tentu memiliki tingkat kedewasaan dan kematangan dibandingkan dengan orang yang hidupnya biasa dan lancar-lancar saja. Masalah pun menggaransi manusia untuk lebih berpengalaman jika menghadapi hal yang sama, Memastikan pola pikir semakin membaik dan cerdas dan berbagai fasilitas naik tingkat lainnya.
Jika kita sudah sepakat bahwa masalah adalah sebuah wadah atau sarana untuk naik tingkat, maka tentulah kita akan dapat mengatasinya dengan lapang dada dan penuh persiapan.
Lantas kenapa saya setiap ada masalah merasa seperti alinea pertama tadi? ternyata saya mendapat kan jawabannya beberapa hari yang lalu. Kenapa saya begitu larut oleh permainan perasaan yang didistribusikan oleh hati saya sendiri. Bukankah saya punya hak veto terhadap aktivitas semua bagian tubuh saya, Hati, kerja Jantung yang bisa saya jaga dengan makan dan olahraga teratur, otak untuk berfikir, tangan, kaki. Kenapa si Hati ini mempermainkan hidup saya. Ia seolah-olah merajai pikiran saya sehingga lantas larut dalam kesedihan, dan kegembiraan yang berlebihan.
sehingga saya berfikir, jika tidak mau selalu dalam kondisi sepert itu, maka saya harus merubahnya. saya harus menguasai hati saya sendiri. dan saya menyimpulkan bahwa SUASANA HATI ADALAH PILIHAN. saya berhak atas suasana hati sendiri, tergantung keinginan. Pantaslah, setiap satu persoalan terselesaikan, muncul perasaan menertawakan diri sendiri, kenapa sejauh itu saya berpikir tadi ya...
Dan saya pikir, orang yang mampu menjadi penguasa hati sendiri akan memperoleh kesuksesan. dan jika ingin segera naik tingkat maka....
Ayo segera Cari Masalah!!!
Dan segera keluar dari rasa nyaman selama ini, karena rasa nyaman mengelabui manusia untuk tidak berfikir kritis dan kreatif lagi....
Salam Berry Devanda
Saya tidak lagi bisa berfikir wajar. masalah-masalah sepele pun memaksa saya untuk memikirkannya dengan dalam. Setelah Semua persoalan teratasi, saya merasa bahwa ternyata masalah tersebut sangat gampang dicari pemecahannya. Seketika saya pun menertawakan diri sendiri sambil bergumam, ternyata saya sudah dikuasai oleh hati sendiri, sehingga terbawa perasaan dan tidak mampu lagi berpikir jernih. Menggiring saya pada judgement bermutu rendah. Pernahkah anda mengalami hal yang sama?
Sungguh dunia ini penuh dengan berbagai persoalan. Masalah seolah linear dengan usia, status sosial, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Kenapa Tuhan menciptakan masalah? kenapa semuanya tidak berjalan menyenangkan? kenapa semuanya tidak berjalan sesuai harapan? Terkadang masalah menggiring saya untuk menganggap Tuhan tidak adil pada keadaan. Benarkah demikian?
Tapi, sontak saya tersadar. Ternyata justru sebaliknya, bahwa justru masalah menunjukan kasih sayang-Nya. Kenapa? Logika nya sangat sederhana. Tuhan menciptakan masalah sebagai ujian bagi kita sebagai makhluk untuk "naik tingkat". Analoginya seperti ini, Siswa kelas 1 SD, jika ingin naik ke kelas 2 ia harus mengikuti ujian kenaikan kelas. Jika ia lulus ujian tersebut, maka ia berhak mendapat gelar sebagai siswa kelas 2. Jika tidak lulus, maka ia harus mengulang lagi selama satu tahun untuk mempersiapkan dan mengoreksi diri. Jika ia tidak mau menghadapi ujian tersebut, berarti ia tidak mau naik kelas, ia akan terus menjadi siswa kelas 1 selamanya.
Sampai di kelas 2, tingkat pelajaran tentu tidak sama dengan kelas satu. Jika ingin naik tingkat lagi, ia harus mengikuti ujian kenaikan ke kelas 3. pastinya, soalnya lebih sulit daripada ujian kenaikan ke kelas 2.
Jika Ujian kenaikan adalah analogi dari masalah kehidupan, maka bisa disimpulkan, bahwa masalah adalah sarana (wadah) yang diberikan Tuhan kepada makhluknya untuk "naik tingkat". Naik tingkatnya tentu berkaitan dengan nilai kehidupan. Orang yang bisa melewati semua masalahnya, tentu memiliki tingkat kedewasaan dan kematangan dibandingkan dengan orang yang hidupnya biasa dan lancar-lancar saja. Masalah pun menggaransi manusia untuk lebih berpengalaman jika menghadapi hal yang sama, Memastikan pola pikir semakin membaik dan cerdas dan berbagai fasilitas naik tingkat lainnya.
Jika kita sudah sepakat bahwa masalah adalah sebuah wadah atau sarana untuk naik tingkat, maka tentulah kita akan dapat mengatasinya dengan lapang dada dan penuh persiapan.
Lantas kenapa saya setiap ada masalah merasa seperti alinea pertama tadi? ternyata saya mendapat kan jawabannya beberapa hari yang lalu. Kenapa saya begitu larut oleh permainan perasaan yang didistribusikan oleh hati saya sendiri. Bukankah saya punya hak veto terhadap aktivitas semua bagian tubuh saya, Hati, kerja Jantung yang bisa saya jaga dengan makan dan olahraga teratur, otak untuk berfikir, tangan, kaki. Kenapa si Hati ini mempermainkan hidup saya. Ia seolah-olah merajai pikiran saya sehingga lantas larut dalam kesedihan, dan kegembiraan yang berlebihan.
sehingga saya berfikir, jika tidak mau selalu dalam kondisi sepert itu, maka saya harus merubahnya. saya harus menguasai hati saya sendiri. dan saya menyimpulkan bahwa SUASANA HATI ADALAH PILIHAN. saya berhak atas suasana hati sendiri, tergantung keinginan. Pantaslah, setiap satu persoalan terselesaikan, muncul perasaan menertawakan diri sendiri, kenapa sejauh itu saya berpikir tadi ya...
Dan saya pikir, orang yang mampu menjadi penguasa hati sendiri akan memperoleh kesuksesan. dan jika ingin segera naik tingkat maka....
Ayo segera Cari Masalah!!!
Dan segera keluar dari rasa nyaman selama ini, karena rasa nyaman mengelabui manusia untuk tidak berfikir kritis dan kreatif lagi....
Salam Berry Devanda
Labels:
Artikel
Tuesday, November 24, 2009
HARI GURU NASIONAL

Pada peringatan kali ini, banyak perkembangan terbaru yang telah dilalui oleh para guru. Pemerintah sudah mulai memperhatikan kualitas guru sebagai tenaga pendidik maupun kesejahteraan guru sebagai manusia dalam menjalani kehidupannya. Tidak dapat dinyana, bahwa profesi guru adalah profesi yang sangat penting dalam menopang peradaban suatu bangsa. Dan sudah sewajarnya pula, peran penting itu disertai dengan penghargaan yang semestinya.
Meningkatnya kesejahteraan guru memang masih diperdebatkan. Banyak kalangan berpendapat, bahwa kesejahteraan guru saat ini bersifat semu. Maksudnya? Jika dibandingkan dengan tahun 60-70-an, gaji guru pada saat itu hanya berkisar Rp. 30.000,-. Pada saat ini mungkin ada guru yang digaji 4 – 5 juta. Tapi angka Rp. 30.000,- itu jika dibandingkan dengan harga emas saat itu, sama besarnya dengan angka 4 juta jika dibandingkan dengan harga emas saat ini. Jadi, banyak kalangan yang berpendapat bahwa gaji guru saat ini hanya besar dari sisi nominal saja.
Kenapa kesejahteraan guru sangat perlu saat ini? coba bayangkan, dengan gaji yang kecil, hanya cukup buat makan dengan keluarganya, kapan guru tersebut akan meng upgrade kemampuannya? Dengan apa guru bisa membeli buku baru untuk menambah pengetahuannya? Kapan guru bisa menikmati kayanya informasi di internet? Atau kapan guru juga bisa berlangganan koran? Bisa anda bayangkan, jika seorang guru hanya menjelaskan informasi yang didapatnya ketika sekolah dulu dan hanya informasi tersebut yang ia sampaikan turun temurun kepada siswanya dari tahun ke tahun. Maka dari itu, perlu kesejahteraan untuk meningkatkan kemampuan guru.
Walaupun begitu, pemerintah saat ini memang harus diberi apresiasi. Jika sebelum reformasi, gaji guru jauh dibawah kata-kata sejahtera, sehingga banyak guru yang bekerja nyambi profesi lain, maka saat ini sudah nampak perubahan pada kehidupan para guru, walaupun belum ada penelitian tentang hal tersebut. Tentu tidak mungkin dalam waktu singkat mensejahterakan semua guru di negara yang berpenduduk 230 juta jiwa ini. Diperlukan waktu yang panjang untuk memperbaiki kesejahteraan guru maupun sistem pendidikan nasional.
Bertepatan dengan hari peringatan profesi yang baru saya tekuni selama 6 bulan ini, ada beberapa catatan yang ingin saya tuangkan dalam postingan kali ini. Bisa sahabat bayangkan, waktu 6 bulan tentu saja belum memberikan pengalaman yang banyak ada peningkatan kemampuan saya. Saya memahami bahwa pengalaman yang masih seumur jagung ini, sangat tidak mungkin membuat kesimpulan. Tapi ini hanya catatan seorang pemula.
1.Mengenai sertifikasi guru
Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional adalah dengan program sertifikasi guru. Sebuah program yang mengharuskan guru meningkatkan kemampuannya dari segi kemampuan akademik, meningkatkan strata pendidikan agar semua guru minimal harus berpendidikan strata 1. Bagi guru yang dinyatakan lulus, diberi penghargaan dengan tambahan satu bulan gaji. Program ini sangat baik menurut saya, disamping tujuannya meningkatkan kualitas tenaga pendidik, juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru.
Hanya saja, lagi-lagi pelaksanaannya yang masih banyak kekurangan. Program ini tidak menjamin guru memiliki kualitas mengajar yang lebih baik. Program sertifikasi guru di artikan sebagai program memburu sertifikat. Tak peduli apakah sertifikat itu memiliki korelasi positif terhadap kemampuan si guru.
2.Pelaksanaan UN
Pada dasarnya saya setuju dengan pelaksanaan UN. Bahwa memang, diperlukan standar agar bisa diketahui mana sekolah yang maju maupun yang belum. Hanya saja, pelaksanaan UN saat ini sangat jauh dari harapan UN semula, untuk mengukur kemampuan siswa. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sekolah berlomba untuk menaikan ranking kelulusannya. Walaupun tidak semuanya, ada saja sekolah yang menggunakan segala cara untuk mencapai hal tersebut. Namun, tentu kesalahan ini bukan hanya pada pihak sekolah.
Jika dicermati lebih jauh, kepala sekolah tentu mendapat “wejangan” pula dari Kepala Dinas Pendidikan Kabuaten/kota. Dan sang Kepala Dinas pun tentu mendapat “bisikan” dari Bupati/Walikota. Semuanya tentu saja bertujuan untuk meningkatkan rangking pendidikan daerah tersebut. hah..... semuanya dilakukan penuh dengan kebohongan. Penuh kepura-puraan dan kelicikan. Berbagai cara ditempuh, ada yang memakai joki mahasiswa, pake sms gelap dan sebagainya.
Salah satu dampak terbesar dari rantai ini adalah guru. Kenapa? Karena, sedikit banyak ini mempengaruhi motivasi sebagian besar siswa. Sehingga muncul ungkapan “buat apa capek-capek belajar, toh nanti juga pasti lulus, kan kebagian kunci jawabannya”. Banyak siswa berkurang rasa hormatnya, karena merasa sudah mendapat “kepastian” tersebut. Walaupun tidak bisa digeneralisasi dalam persoalan ini. Namun itulah faktanya.
3.Profesi guru kurang diminati
Hal ini menyebabkan input universitas penyelenggara jurusan kependidikan bukanlah siswa-siswa terbaik di sekolahnya. Siswa-siswa terbaik lebih senang dan bangga masuk ke jurusan-jurusan lain yang dinilai lebih menjanjikan. Jika para calon guru bukanlah orang-orang terbaik dan juga tidak mau memperbaiki diri, maka tentu bisa dibayangkan bagaimana kualitas pendidikan nantinya. Namun, jika kesejahteraan guru sudah menjanjikan, maka saya yakin, kurang lebih 5 sampai 10 tahun lagi, siswa-siswa terbaik akan dengan senang hati menjadi guru. Kalau kita tanyakan cita-cita banyak siswa waktu dulu, maka kebanyakan jawaban mereka adalah menjadi dokter, insinyur, akuntan dan lain sebagainya. Kenapa bisa seperti itu? Karena semuanya bermuara pada kesejahteraan. Kebanyakan siswa tentu lebih memilih hidup sejahtera di hari depannya. Jika guru sudah sejahtera, maka pastilah ia akan kembali menjadi primadona seperti di awal zaman kemerdekaan dulunya.
Terlepas dari persoalan diatas, saya merasa bangga menjadi guru. Saya bangga ketika melihat anak didik saya menunjukan wajah-wajah paham akan apa yang saya ajarkan. Saya bangga bisa memberikan pengetahuan dan membuat mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saya bangga dengan mendidik siswa saya satu dua kelas, karena mereka lah akan mewarnai perjalanan bangsa ini nantinya. Kalau sudah begitu, berarti saya sudah ikut memberikan bakti kecil pada daerah yang saya tinggali, pulau yang saya tempati dan negara yang sangat saya banggakan ini.
“Jika hari ini, seseorang memimpin sebuah negara, seorang ulama mendakwahkan ajaran mulia, seseorang menjadi penulis terkemuka dan orang-orang luar biasa lainnya. Niscaya sejarahnya dimulai oleh seorang guru yang dengan lembut suaranya dan sabar jiwanya mengajar menulis, membaca dan mendidik kita. SELAMAT HARI GURU NASIONAL....”
Anda pun pasti bangga dengan profesinya masing-masing...
Salam Berry Devanda
Sumber Gambar : http://geogaul.wordpress.com/
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel,
Pendidikan
Thursday, November 12, 2009
TULIS!! ATAU KAMU BERDOSA
Aku tersentak dan terbangun dari tidur pulas ketika sesosok tua dengan pakaian serba putih mengakhiri percakapan dengan kata, “Tulis, Atau Kamu berdosa”. Sembari menyeka keringat yang membasahi sekujur tubuh, Terdengar azan subuh berkumandang, mendayu-dayu, menambah rasa gamang yang hebat setelah pertemuan dengan si tua tadi. Semilir angin di subuh hari menggiring raga ini untuk kembali mengangkat selimut dan memeluk guling lebih rapat dari sebelumnya.
Mencoba untuk mengingat-ngingat lagi apa yang telah membuat aku terjaga dari peristirahatan semenjak Isya tadi. Kepenatan terkumpul penuh dalam raga setelah selama satu hari penuh menjalani rutinitas. Aku masih ingat, sebelum tidur, diiringi rasa kantuk yang hebat, masih ku upayakan untuk menapak kembali hal-hal yang telah dilakukan seharian tadi. Semua berjalan sesuai rencana kecuali satu hal, menyelesaikan tulisan untuk blog yang sudah lama saya hiraukan. Ingatku, sebelum tidur masih memaksakan diri berpikir mau menuliskan apa. Banyak ide sebenarnya yang ingin ditulis tapi entah kenapa sebagian waktu habis untuk memikirkannya saja, tanpa ada realisasi. Walaupun saya paham betul, bahwa perubahan tidak akan terjadi jika hanya difikirkan, dibicarakan, dan di diskusikan melainkan dengan gerak nyata.
Kembali terlintas sosok tua yang merusak peristirahatan saya tadi, laki-laki dengan wajah yang tidak begitu jelas, tapi nampak ketegasan dan karisma rautan wajahnya. Dengan senyuman yang menyejukan hati. Awal pertemuan dengannya memberikan kesan welcome.
“Berapa usiamu anak muda?” demikian pertanyaan keduanya setelah nama ku.
“Belum genap 25 tahun pak”, jawab ku dengan ringan. “Ngapaian orang tua ini pake nanya umur, jangan-jangan dia mencari calon suami buat anak gadisnya” gumamku dalam hati.
Dia bertanya lagi, “apa saja yang sudah kamu perbuat selama pinjaman umur tersebut?, manfaat apa saja yang telah kau berikan buat orang banyak?”
Dengan semangat aku menjawab, “hmm....hmmm....hmmm...hmmm anu pak....hmmm.... anu”, susah juga ternyata. Emang pertanyaannya tadi apa sih? Saya coba eja lagi pertanyaan bapak tadi dalam hati. Pandangan bapak tua tadi makin tajam namun tetap dengan senyuman ragam makna.
Tunggu, tunggu, wait a minute... bukankah pertanyaannya , manfaat yang telah saya berikan buat orang lain? “Hmmmm....dulu saya pernah nolong nenek-nenek nyebrang jalan raya, nolongin orang tua saya ke warung beli bumbu masak. Dulu saya juga pernah minjemin duit pada teman yang lagi kesusahan, sampai sekarang pun belum di bayar. Bayangkan tuch... betapa bermanfaatnya saya buat orang lain. Heh... bener nggak pak”?
Pak Tua tadi tertawa tapi tak mengeluarkan suara, mendengarkan jawaban saya. Sebuah ekspresi yang membuat setiap orang yang melihatnya menjadi kesal.
“anak muda”, ia membuka penjelasannya.
“tahukah kau bahwa , kau bisa berbuat jauh lebih bermanfaat dari yang kau sampaikan tadi?” ia menghela nafasnya dalam sekali.
“tahukah engkau bahwa Tuhan menitipkan berbagai ide dan gagasan besar ke dalam benak mu?”
“Tahukah kau bahwa Tuhan memberikan ilham kepada mu, agar dapat kau sampaikan kepada orang banyak?” ia memalingkan pandangannya jauh di ufuk sana. Kemudian kembali memandang ku dengan pertanyaan, “lantas kenapa tidak kau sampaikan?” Dengan segera saya protes apa yang ditanyakanya itu “hmmm.....”, pak tua tersebut langsung memotong tak memberiku kesempatan untuk mengklarifikasi.
“Bukankah selama ini sudah banyak pemikiran-pemikiran brilian yang terlintas dalam benak mu?” lanjutnya.
“Tidak kah kau tahu, Tuhan memberikan kekuatannya kepada engkau agar dapat menyumbangkan kebaikan yang jauh lebih besar dari apa yang kau pikirkan” terangnya.
“Pahamkah kau, bahwa jika tidak kau sampaikan maka banyak orang yang tertunda keberhasilannya, masyarakat yang terhambat pemikirannya dan orang-orang yang salah kaprah tidak akan ada yang meluruskannya”. Jelasnya dengan penuh makna dan penghayatan.
“kenapa hanya kau simpan saja titipan Tuhan mu itu?, kenapa tidak kau sampaikan?”. Lanjutnya sembari menatap dalam setiap sudut mataku. Aku pun membetulkan tempat duduk ku.
“kau tahu Tan Malaka?” tanyanya
“ya, tentu aku tahu”. Jawabku
“seorang tokoh yang nyaris dilupakan oleh bangsanya sendiri” aku pun bersemangat menunjukan pengetahuan ku pada si Tua ini. Aku lanjutkan penjelasan ku, “Ia adalah seorang yang pertama kali mencetuskan ide negara Indonesia yang akan berdiri nantinya berbentuk Republik. Bapak bisa baca dalam bukunya Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia). Sebuah tulisan yang dibuat ketika sedang berada dalam pelariannya di Bangkok pada tahun 1925. Tulisan ini kemudian mengilhami Hatta dan Soekarno untuk menulis gagasan yang serupa pada tahun 1928 dan 1933. Tan Malaka memang tokoh besar dengan intelektual tinggi sehingga mampu merumuskan bentuk negera ini kedepannya”
“Kau bayangkan pak tua”, lanjutku menggurui dia. Di zamannya, Tan Malaka sudah mampu berpikir seperti itu, dimana tidak ada internet, buku-buku tidak mudah untuk didapat. Pemikirannya memang melampaui zamannya” tutup ku dengan semangat.
Pak tua tadi merespon dengan dingin dan basi, “ lantas, apakah yang akan terjadi jika Tan Malaka tidak menuliskan gagasan briliannya tersebut?” tanya nya enteng tanpa mengapresiasi jawaban ku yang panjang lebar tadi.
“Hmm..hmmm....hmm” gumam ku menghadapi pertanyaannya itu.
Pak tua itu berkata lagi “Jika Tan Malaka tidak menuliskannya, maka perjuangan tokoh-tokoh pemuda ditanah air akan selalu mengambang dan tidak mengerucut ke arah memperjuangkan kemerdekaan menuju terwujudnya negara republik ini”
“atau, katakanlah Tan Malaka menunda-nunda ia menuliskan gagasannya, pastinya banyak hal juga yang akan tertunda, mungkin saja kemerdekaan bangsa mu di undur 10 tahun dari tahun 1945”. Saya tertegun mendengar analisa pak tua ini. Tapi segera menyadarkan diri dan ku balik bertanya, “tapi saya kan bukan Tan Malaka, saya tidak punya ide se brilian itu. Nanti kalau saya tulis, banyak orang yang akan menghina gagasan saya, atau malah apa yang saya tulis belum pernah saya kerjakan sebelumnya”
Pak tua itu memberikan saya kuliah lagi, “ tidak perduli apakah ide dan gagasan mu brilian, tidak peduli anggapanmu, apakah tulisan mu akan dihina, dipuji atau malah tidak memberikan manfaat sama sekali”.
“kau tahu Andea Hirata” tanyanya padaku.
Aku mengangguk. “ Bukankah novelnya yang mengubah sejarah dunia sastra Indonesia itu pada awalnya bukan untuk dibaca oleh banyak orang, hanya sebuah memoar sebagai penghargaannya terhadap ibu gurunya. Dan tahukah kau bahwa novel itu memberikan inspirasi dan motivasi pada banyak orang?”
“tapi terkadang, gagasan yang terlintas dalam kepala ku belum pernah aku kerjakan, hanya sebatas ide saja”. Berontak ku.
“tidak peduli apakah sudah pernah kau kerjakan atau belum. Jika kau menuliskan hal tersebut, maka akan berguna bagi orang lain yang membacanya. Mungkin bagi dirimu tidak berguna, tapi bagi orang lain mungkin saja itu sangat penting artinya” cercanya.
Aku menunduk tanpa balas. Ia melanjutkan “ lantas apalagi alasan yang membuat mu tidak menyebar luaskan gagasan dan ide yang telah ditumpangkan Tuhan ke dalam benakmu? Terlalu egois kau jika hanya memikirkan ide itu untuk dirimu sendiri” pak tua itu menghakimi aku.
“jangan kau menghakimi aku seperti itu” aku membela diri.
Pak tua itu membalas, “ jika tidak, maka Tulis!! Atau Kamu Berdosa
Akupun terbangun dari peristirahatanku....
Salam Berry Devanda
***********************************************************************************************
Artikel ini diikutsertakan dalam kontes menulis yang diadakan oleh Indonesia Menulis yang diSponsori oleh:
01. Sawa Sanganam
02. Mbak Diah
03. Bujang Rimbo
04. Ahmad Sofwan
05. WP Template Gratis
06. Khairuddin Syah
07. Reseller Indobilling
08. Ardy Pratama
09. Hangga Nuarta
10. Abdul Cholik
11. Herman Yudiono
12. Aldy M Aripin
Mencoba untuk mengingat-ngingat lagi apa yang telah membuat aku terjaga dari peristirahatan semenjak Isya tadi. Kepenatan terkumpul penuh dalam raga setelah selama satu hari penuh menjalani rutinitas. Aku masih ingat, sebelum tidur, diiringi rasa kantuk yang hebat, masih ku upayakan untuk menapak kembali hal-hal yang telah dilakukan seharian tadi. Semua berjalan sesuai rencana kecuali satu hal, menyelesaikan tulisan untuk blog yang sudah lama saya hiraukan. Ingatku, sebelum tidur masih memaksakan diri berpikir mau menuliskan apa. Banyak ide sebenarnya yang ingin ditulis tapi entah kenapa sebagian waktu habis untuk memikirkannya saja, tanpa ada realisasi. Walaupun saya paham betul, bahwa perubahan tidak akan terjadi jika hanya difikirkan, dibicarakan, dan di diskusikan melainkan dengan gerak nyata.
Kembali terlintas sosok tua yang merusak peristirahatan saya tadi, laki-laki dengan wajah yang tidak begitu jelas, tapi nampak ketegasan dan karisma rautan wajahnya. Dengan senyuman yang menyejukan hati. Awal pertemuan dengannya memberikan kesan welcome.
“Berapa usiamu anak muda?” demikian pertanyaan keduanya setelah nama ku.
“Belum genap 25 tahun pak”, jawab ku dengan ringan. “Ngapaian orang tua ini pake nanya umur, jangan-jangan dia mencari calon suami buat anak gadisnya” gumamku dalam hati.
Dia bertanya lagi, “apa saja yang sudah kamu perbuat selama pinjaman umur tersebut?, manfaat apa saja yang telah kau berikan buat orang banyak?”
Dengan semangat aku menjawab, “hmm....hmmm....hmmm...hmmm anu pak....hmmm.... anu”, susah juga ternyata. Emang pertanyaannya tadi apa sih? Saya coba eja lagi pertanyaan bapak tadi dalam hati. Pandangan bapak tua tadi makin tajam namun tetap dengan senyuman ragam makna.
Tunggu, tunggu, wait a minute... bukankah pertanyaannya , manfaat yang telah saya berikan buat orang lain? “Hmmmm....dulu saya pernah nolong nenek-nenek nyebrang jalan raya, nolongin orang tua saya ke warung beli bumbu masak. Dulu saya juga pernah minjemin duit pada teman yang lagi kesusahan, sampai sekarang pun belum di bayar. Bayangkan tuch... betapa bermanfaatnya saya buat orang lain. Heh... bener nggak pak”?
Pak Tua tadi tertawa tapi tak mengeluarkan suara, mendengarkan jawaban saya. Sebuah ekspresi yang membuat setiap orang yang melihatnya menjadi kesal.
“anak muda”, ia membuka penjelasannya.
“tahukah kau bahwa , kau bisa berbuat jauh lebih bermanfaat dari yang kau sampaikan tadi?” ia menghela nafasnya dalam sekali.
“tahukah engkau bahwa Tuhan menitipkan berbagai ide dan gagasan besar ke dalam benak mu?”
“Tahukah kau bahwa Tuhan memberikan ilham kepada mu, agar dapat kau sampaikan kepada orang banyak?” ia memalingkan pandangannya jauh di ufuk sana. Kemudian kembali memandang ku dengan pertanyaan, “lantas kenapa tidak kau sampaikan?” Dengan segera saya protes apa yang ditanyakanya itu “hmmm.....”, pak tua tersebut langsung memotong tak memberiku kesempatan untuk mengklarifikasi.
“Bukankah selama ini sudah banyak pemikiran-pemikiran brilian yang terlintas dalam benak mu?” lanjutnya.
“Tidak kah kau tahu, Tuhan memberikan kekuatannya kepada engkau agar dapat menyumbangkan kebaikan yang jauh lebih besar dari apa yang kau pikirkan” terangnya.
“Pahamkah kau, bahwa jika tidak kau sampaikan maka banyak orang yang tertunda keberhasilannya, masyarakat yang terhambat pemikirannya dan orang-orang yang salah kaprah tidak akan ada yang meluruskannya”. Jelasnya dengan penuh makna dan penghayatan.
“kenapa hanya kau simpan saja titipan Tuhan mu itu?, kenapa tidak kau sampaikan?”. Lanjutnya sembari menatap dalam setiap sudut mataku. Aku pun membetulkan tempat duduk ku.
“kau tahu Tan Malaka?” tanyanya
“ya, tentu aku tahu”. Jawabku
“seorang tokoh yang nyaris dilupakan oleh bangsanya sendiri” aku pun bersemangat menunjukan pengetahuan ku pada si Tua ini. Aku lanjutkan penjelasan ku, “Ia adalah seorang yang pertama kali mencetuskan ide negara Indonesia yang akan berdiri nantinya berbentuk Republik. Bapak bisa baca dalam bukunya Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia). Sebuah tulisan yang dibuat ketika sedang berada dalam pelariannya di Bangkok pada tahun 1925. Tulisan ini kemudian mengilhami Hatta dan Soekarno untuk menulis gagasan yang serupa pada tahun 1928 dan 1933. Tan Malaka memang tokoh besar dengan intelektual tinggi sehingga mampu merumuskan bentuk negera ini kedepannya”
“Kau bayangkan pak tua”, lanjutku menggurui dia. Di zamannya, Tan Malaka sudah mampu berpikir seperti itu, dimana tidak ada internet, buku-buku tidak mudah untuk didapat. Pemikirannya memang melampaui zamannya” tutup ku dengan semangat.
Pak tua tadi merespon dengan dingin dan basi, “ lantas, apakah yang akan terjadi jika Tan Malaka tidak menuliskan gagasan briliannya tersebut?” tanya nya enteng tanpa mengapresiasi jawaban ku yang panjang lebar tadi.
“Hmm..hmmm....hmm” gumam ku menghadapi pertanyaannya itu.
Pak tua itu berkata lagi “Jika Tan Malaka tidak menuliskannya, maka perjuangan tokoh-tokoh pemuda ditanah air akan selalu mengambang dan tidak mengerucut ke arah memperjuangkan kemerdekaan menuju terwujudnya negara republik ini”
“atau, katakanlah Tan Malaka menunda-nunda ia menuliskan gagasannya, pastinya banyak hal juga yang akan tertunda, mungkin saja kemerdekaan bangsa mu di undur 10 tahun dari tahun 1945”. Saya tertegun mendengar analisa pak tua ini. Tapi segera menyadarkan diri dan ku balik bertanya, “tapi saya kan bukan Tan Malaka, saya tidak punya ide se brilian itu. Nanti kalau saya tulis, banyak orang yang akan menghina gagasan saya, atau malah apa yang saya tulis belum pernah saya kerjakan sebelumnya”
Pak tua itu memberikan saya kuliah lagi, “ tidak perduli apakah ide dan gagasan mu brilian, tidak peduli anggapanmu, apakah tulisan mu akan dihina, dipuji atau malah tidak memberikan manfaat sama sekali”.
“kau tahu Andea Hirata” tanyanya padaku.
Aku mengangguk. “ Bukankah novelnya yang mengubah sejarah dunia sastra Indonesia itu pada awalnya bukan untuk dibaca oleh banyak orang, hanya sebuah memoar sebagai penghargaannya terhadap ibu gurunya. Dan tahukah kau bahwa novel itu memberikan inspirasi dan motivasi pada banyak orang?”
“tapi terkadang, gagasan yang terlintas dalam kepala ku belum pernah aku kerjakan, hanya sebatas ide saja”. Berontak ku.
“tidak peduli apakah sudah pernah kau kerjakan atau belum. Jika kau menuliskan hal tersebut, maka akan berguna bagi orang lain yang membacanya. Mungkin bagi dirimu tidak berguna, tapi bagi orang lain mungkin saja itu sangat penting artinya” cercanya.
Aku menunduk tanpa balas. Ia melanjutkan “ lantas apalagi alasan yang membuat mu tidak menyebar luaskan gagasan dan ide yang telah ditumpangkan Tuhan ke dalam benakmu? Terlalu egois kau jika hanya memikirkan ide itu untuk dirimu sendiri” pak tua itu menghakimi aku.
“jangan kau menghakimi aku seperti itu” aku membela diri.
Pak tua itu membalas, “ jika tidak, maka Tulis!! Atau Kamu Berdosa
Akupun terbangun dari peristirahatanku....
Salam Berry Devanda
***********************************************************************************************
Artikel ini diikutsertakan dalam kontes menulis yang diadakan oleh Indonesia Menulis yang diSponsori oleh:
01. Sawa Sanganam
02. Mbak Diah
03. Bujang Rimbo
04. Ahmad Sofwan
05. WP Template Gratis
06. Khairuddin Syah
07. Reseller Indobilling
08. Ardy Pratama
09. Hangga Nuarta
10. Abdul Cholik
11. Herman Yudiono
12. Aldy M Aripin
Sunday, November 8, 2009
BLOG KUNING
Pernahkah anda membaca koran yang lebih banyak porsi berita sensasi sex nya daripada berita yang lebih bermanfaat lainnya? Pernahkah anda membaca surat kabar yang headline nya tidak lepas dari berita kriminal dengan judul menggunakan bahasa yang tidak cerdas? Berita-berita seperti pembunuhan, foto-foto mayat mengerikan dengan darah berserakan dimana-mana. Berita tentang pemerkosaan lengkap dengan urutan dan tata cara pelaksanaannya? Pernah nggak?
Pada saat sekarang, sangat banyak ditemukan koran-koran tersebut. Jangankan di Ibukota Jakarta, hampir disetiap daerah terdapat koran lokal seperti itu. Biasanya, koran seperti ini sangat diminati oleh segmen masyarakat tertentu dan jangan salah, oplah koran seperti ini cukup besar. Artinya, koran ini banyak pembacanya. Isi koran berkisar pada berita kriminal, sex dan cerita-cerita nyata yang tentu saja menyerempet ke masalah sex juga. Halaman depan didisain dengan warna yang mencolok dan cenderung norak alias tidak pantas dan judul besar yang tidak proporsional. Gaya bahasa yang asal-asalan, seenak wartawan yang menulisnya. Lengkap dengan layout yang nggak teratur.
Tidak itu saja, koran ini merupakan langganan advertiser iklan yang berbau sex. Iklan-iklan seperti pengobatan alat vital, mbah ini, mak itu, tante ini, tante itu, telpon hot dan lain sebagainya sangat menjamur pada koran seperti ini. Juga terdapat ketidakjelasan pada beberapa artikel. Apakah artikel tersebut benar-benar berita, iklan atau setengah berita setengah iklan, karena tidak jelas apakah advertorial atau tidak. Kalau advertorial kenapa tidak ada kode (adv), kalau berita kok seperti mengiklan sesuatu.
Koran-koran seperti ini di kenal dengan koran kuning. Koran kuning adalah salah satu bentuk daripada yellow journalism (jurnalisme kuning). Menurut Stanley J.Baran, dalam bukunya Introduction to Mass Communication, Media Literacy and Culture, McGraw-Hill, New York, 2004, hlm. 109 (seperti yang ditulis Lukas S Ispandriarno, dosen ilmu komunikasi univ. Atmajaya Yogyakarta) Yellow Journalism adalah Jurnalisme yang menekankan pada sensasi seks, kriminal, dan berita malapetaka; judul besar-besaran; penggambaran yang kasar; dan bergantung pada kartun serta berwarna-warni.
Pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Pulitzer. Dengan surat kabar yang diakuisisinya, New York World. Ia mengubah haluan pemberitaan tersebut kepada masalah skandal, berita-berita sensasional dan kriminal.
Lantas bagaimana dengan blog? Setelah beberapa kali blogwalking, saya melihat ada fenomena menarik dari dunia blogging ini. Dengan tujuan beragam, beberapa blogger, “merelakan” halaman blognya dengan postingan dengan judul yang kurang cerdas. Postingan dengan kata kunci seperti “bugil, telanjang, video mesum” dan lain sebagainya ternyata cukup banyak, terlepas apakah keyword tersebut dipakai hanya untuk judul saja atau memang postingan itu memang mengandung hal tersebut. Ada lagi blog yang langsung memuat gambar dan videonya. Tentu saja, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pagerank dan traffic.
Berdasarkan Ilmu SEO, tentu hal itu sah-sah saja. Tapi batin kita tentu menolak, ketika postingan tersebut bertentangan dengan kepribadian yang punya blog. Saya yakin nggak ada blogger yang emang berpikiran mesum terus. Blogger sejati (waduh...nggak gua banget ne) pastilah selalu membuat postingan yang memberikan manfaat pada banyak orang. Walaupun hanya sekedar curahan hati dan pengalaman pribadi, tapi tentu saja selalu dibungkus dengan nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat. Jika memang punya tulisan dengan genre dewasa (dengan citarasa sastra yang tinggi tentunya) ada baiknya dibatasi segmen pembacanya. Bisa dengan memberikan password dan lain sebagainya.
Saya yang murni pemula ini, mohon ingatkan jika suatu saat saya posting hal tersebut. Saya pikir banyak cara untuk menaikan pengunjung blog. Saya tertegun ketika membaca komentar postingan saya Dua Jempol Untuk Google, seorang teman berkomentar, “pagerank bukan segala-galanya”. Yeahh... benar juga ya. Tapi sebagai blogger, tentu kita ingin tulisan kita bisa dibaca oleh banyak orang sehingga manfaatnya juga meluas. Dan tentu dengan cara yang lebih santun dan elegan.
Salam Berry Devanda
It’s Just A Perspective, What About You?
AYO DUKUNG GERAKAN ANTI BLOG KUNING !!!!
Pada saat sekarang, sangat banyak ditemukan koran-koran tersebut. Jangankan di Ibukota Jakarta, hampir disetiap daerah terdapat koran lokal seperti itu. Biasanya, koran seperti ini sangat diminati oleh segmen masyarakat tertentu dan jangan salah, oplah koran seperti ini cukup besar. Artinya, koran ini banyak pembacanya. Isi koran berkisar pada berita kriminal, sex dan cerita-cerita nyata yang tentu saja menyerempet ke masalah sex juga. Halaman depan didisain dengan warna yang mencolok dan cenderung norak alias tidak pantas dan judul besar yang tidak proporsional. Gaya bahasa yang asal-asalan, seenak wartawan yang menulisnya. Lengkap dengan layout yang nggak teratur.
Tidak itu saja, koran ini merupakan langganan advertiser iklan yang berbau sex. Iklan-iklan seperti pengobatan alat vital, mbah ini, mak itu, tante ini, tante itu, telpon hot dan lain sebagainya sangat menjamur pada koran seperti ini. Juga terdapat ketidakjelasan pada beberapa artikel. Apakah artikel tersebut benar-benar berita, iklan atau setengah berita setengah iklan, karena tidak jelas apakah advertorial atau tidak. Kalau advertorial kenapa tidak ada kode (adv), kalau berita kok seperti mengiklan sesuatu.
Koran-koran seperti ini di kenal dengan koran kuning. Koran kuning adalah salah satu bentuk daripada yellow journalism (jurnalisme kuning). Menurut Stanley J.Baran, dalam bukunya Introduction to Mass Communication, Media Literacy and Culture, McGraw-Hill, New York, 2004, hlm. 109 (seperti yang ditulis Lukas S Ispandriarno, dosen ilmu komunikasi univ. Atmajaya Yogyakarta) Yellow Journalism adalah Jurnalisme yang menekankan pada sensasi seks, kriminal, dan berita malapetaka; judul besar-besaran; penggambaran yang kasar; dan bergantung pada kartun serta berwarna-warni.
Pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Pulitzer. Dengan surat kabar yang diakuisisinya, New York World. Ia mengubah haluan pemberitaan tersebut kepada masalah skandal, berita-berita sensasional dan kriminal.
Lantas bagaimana dengan blog? Setelah beberapa kali blogwalking, saya melihat ada fenomena menarik dari dunia blogging ini. Dengan tujuan beragam, beberapa blogger, “merelakan” halaman blognya dengan postingan dengan judul yang kurang cerdas. Postingan dengan kata kunci seperti “bugil, telanjang, video mesum” dan lain sebagainya ternyata cukup banyak, terlepas apakah keyword tersebut dipakai hanya untuk judul saja atau memang postingan itu memang mengandung hal tersebut. Ada lagi blog yang langsung memuat gambar dan videonya. Tentu saja, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pagerank dan traffic.
Berdasarkan Ilmu SEO, tentu hal itu sah-sah saja. Tapi batin kita tentu menolak, ketika postingan tersebut bertentangan dengan kepribadian yang punya blog. Saya yakin nggak ada blogger yang emang berpikiran mesum terus. Blogger sejati (waduh...nggak gua banget ne) pastilah selalu membuat postingan yang memberikan manfaat pada banyak orang. Walaupun hanya sekedar curahan hati dan pengalaman pribadi, tapi tentu saja selalu dibungkus dengan nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat. Jika memang punya tulisan dengan genre dewasa (dengan citarasa sastra yang tinggi tentunya) ada baiknya dibatasi segmen pembacanya. Bisa dengan memberikan password dan lain sebagainya.
Saya yang murni pemula ini, mohon ingatkan jika suatu saat saya posting hal tersebut. Saya pikir banyak cara untuk menaikan pengunjung blog. Saya tertegun ketika membaca komentar postingan saya Dua Jempol Untuk Google, seorang teman berkomentar, “pagerank bukan segala-galanya”. Yeahh... benar juga ya. Tapi sebagai blogger, tentu kita ingin tulisan kita bisa dibaca oleh banyak orang sehingga manfaatnya juga meluas. Dan tentu dengan cara yang lebih santun dan elegan.
Salam Berry Devanda
It’s Just A Perspective, What About You?
AYO DUKUNG GERAKAN ANTI BLOG KUNING !!!!
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel,
Bloggers
Wednesday, November 4, 2009
FACEBOOK PARLEMEN DUNIA MAYA
Penahanan Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto menuai protes dari berbagai kalangan. Diantaranya, terdapat guru besar dan praktisi hukum, cendikiawan, tokoh agama, tokoh muda, aktivis anti korupsi dan berbagai lapisan masyarakat lainnya. Semua bereaksi dengan berbagai cara pula, ada yang turun ke jalan, pembentukan opini di berbagai media massa, lewat situs jejaring sosial. Bahkan, ada yang berani pasang badan, menjamin dan menggantikan kedua pimpinan KPK tersebut untuk ditahan. Berkat perjuangan banyak pihak, akhirnya Chandra-Bibit dibebaskan pada pukul 24.00 semalam.
Terlepas dari proses kasus Chandra-Bibit yang penuh tanda-tanya, ada satu hal menarik yang patut dicermati pada kasus ini. Yaitu, pemanfaatan situs jejaring sosial sebagai media penggalangan kekuatan dan pembentukan opini masyarakat, dalam hal ini facebook. Kenapa harus facebook? Kenapa tidak mengadu saja ke DPR dan DPD selaku lembaga penyambung lidah rakyat? Padahal, Berdasarkan UU No.22 tahun 2003 mengenai Susunan Dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Susduk), DPD memiliki wewenang yang salah satunya menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Apa yang membuat facebook menjadi media penggalangan opini dan penyampai aspirasi alternatif?
Tidak bisa dipungkiri, bahwa gerakan 1000.000 Facebookers pendukung Chandra-Bibit termasuk urutan teratas dalam pertimbangan orang-orang pengambil kebijakan di negeri ini. Beberapa hal yang membuat facebook menjadi gerakan yang sangat massif dan memiliki power adalah :
• Pengguna aktif facebook di Indonesia sangat banyak. Angka pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007 saja (seperti yang dirilis internetworldstats.com) kurang lebih 20 juta dan menurut APJII kurang lebih 28 juta. Sama sama besar dengan jumlah semua penduduk malaysia. Andaikan saja 10% dari pengguna isnternet mempunyai facebook, berarti 2-2,8 juta orang. Sehingga tidak heran jika kurang dari seminggu sudah didukung oleh 700 ribuan facebookers.
• Facebook memungkinkan penggunanya berpartisipasi walaupun sedang berada diluar daerah. Artinya facebook sangat mobile.
• Membuat gerakan di facebook lebih gampang daripada berdemostrasi dijalan raya. Selain tidak mengganggu ketertiban umum juga tidak capek berpanas-panasan. Dalam hal ini, parlemen jalanan kalah dengan parlemen dunia maya. Walaupun terkadang aksi turun ke jalan juga diperlukan.
• Menggunakan facebook tidak perlu birokrasi yang panjang, tidak perlu menyesuaikan waktu dengan semua orang, kapan anda bisa memberikan masukan dan opini ya langsung berikan, tidak perlu menegangkan urat leher dalam berdebat dan membantah pendapat orang lain. Hanya dengan mengetikan opini, anda sudah ikut berpartisipasi, bisa dilakukan sambil minum kopi, ngerokok dan lain sebagainya.
• Cara bergabung pun gampang. Tidak perlu mengisi formulir. Yang penting anda sudah punya account facebook. Cukup dengan mengklik Join this group. Dan juga bisa men-suggest ke semua teman anda. Seperti MLM, gerakan ini menyebar dengan begitu cepatnya. Ditambah lagi gerakan ini didukung pula oleh media televisi nasional.
Jadi, jika dilihat dari sisi sebagai penyalur aspirasi, pantaskah facebook sebagai parlemen dunia maya?
Bagaimana menurut anda?
Salam Berry Devanda
Terlepas dari proses kasus Chandra-Bibit yang penuh tanda-tanya, ada satu hal menarik yang patut dicermati pada kasus ini. Yaitu, pemanfaatan situs jejaring sosial sebagai media penggalangan kekuatan dan pembentukan opini masyarakat, dalam hal ini facebook. Kenapa harus facebook? Kenapa tidak mengadu saja ke DPR dan DPD selaku lembaga penyambung lidah rakyat? Padahal, Berdasarkan UU No.22 tahun 2003 mengenai Susunan Dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Susduk), DPD memiliki wewenang yang salah satunya menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Apa yang membuat facebook menjadi media penggalangan opini dan penyampai aspirasi alternatif?
Tidak bisa dipungkiri, bahwa gerakan 1000.000 Facebookers pendukung Chandra-Bibit termasuk urutan teratas dalam pertimbangan orang-orang pengambil kebijakan di negeri ini. Beberapa hal yang membuat facebook menjadi gerakan yang sangat massif dan memiliki power adalah :
• Pengguna aktif facebook di Indonesia sangat banyak. Angka pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007 saja (seperti yang dirilis internetworldstats.com) kurang lebih 20 juta dan menurut APJII kurang lebih 28 juta. Sama sama besar dengan jumlah semua penduduk malaysia. Andaikan saja 10% dari pengguna isnternet mempunyai facebook, berarti 2-2,8 juta orang. Sehingga tidak heran jika kurang dari seminggu sudah didukung oleh 700 ribuan facebookers.
• Facebook memungkinkan penggunanya berpartisipasi walaupun sedang berada diluar daerah. Artinya facebook sangat mobile.
• Membuat gerakan di facebook lebih gampang daripada berdemostrasi dijalan raya. Selain tidak mengganggu ketertiban umum juga tidak capek berpanas-panasan. Dalam hal ini, parlemen jalanan kalah dengan parlemen dunia maya. Walaupun terkadang aksi turun ke jalan juga diperlukan.
• Menggunakan facebook tidak perlu birokrasi yang panjang, tidak perlu menyesuaikan waktu dengan semua orang, kapan anda bisa memberikan masukan dan opini ya langsung berikan, tidak perlu menegangkan urat leher dalam berdebat dan membantah pendapat orang lain. Hanya dengan mengetikan opini, anda sudah ikut berpartisipasi, bisa dilakukan sambil minum kopi, ngerokok dan lain sebagainya.
• Cara bergabung pun gampang. Tidak perlu mengisi formulir. Yang penting anda sudah punya account facebook. Cukup dengan mengklik Join this group. Dan juga bisa men-suggest ke semua teman anda. Seperti MLM, gerakan ini menyebar dengan begitu cepatnya. Ditambah lagi gerakan ini didukung pula oleh media televisi nasional.
Jadi, jika dilihat dari sisi sebagai penyalur aspirasi, pantaskah facebook sebagai parlemen dunia maya?
Bagaimana menurut anda?
Salam Berry Devanda
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel,
Bloggers
Sunday, November 1, 2009
Dua Jempol Untuk Google
Sore ini, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah yang tak seberapa, dan memanfaatkan sedikit waktu sebelum mandi. Niatnya sih mau buka facebook, tapi tiba-tiba saja ada sesuatu hal yang menggiring saya untuk ngecek pagerank yang sebenarnya dari dulu saya nggak terlalu memikirkannya. (Gimana mo memikirkan jika setiap ngecek hasilnya selalu NOL besar). Setelah masukin URL, dan ngetik verifikasi code tentunya tekan enter donk....
Setelah nunggu beberapa saat, wow..., ternyata error. Huff...
Tapi nggak langsung putus asa donk, coba lagi. Akhirnya, setelah beberapa bulan ngurus blog ini dengan serius, bergerilya sampai dini hari (mudah2an nggak sampai kena kanker hati), wara-wiri dan sebagainya, dengan senang hati dan tidak dengan keadaan terpaksa saya menerima kehendak mbah Google memberikan saya ranking 2 alias Pagerank 2.
Tapi beneran atau bohong ini ya? Saya coba cek lagi, ternyata benar. Emang Google memberikan Pagerank nggak berurutan ya? Maksudnya dari nol besar loncat ke angka 2 bisa ya? Kenapa nggak ke satu dulu maksudnya, baru hari berikutnya naikin jadi dua, 2 hari lagi jadi 3 dan seterusnya selang 3 hari pun nggak apa-apa sebenarnya. Ha..ha...ha..
Whatever, yang penting hari ini saya senang, terserah besok-besok google nggak seramah ini lagi. yang penting hari ini musti disyukuri, terserah besok apa yang akan terjadi.
Oia, terimakasih buat sobat blogger yang lain, yang sudah sudi mampir ke blog ini, terutama buat para senior yang telah meluangkan waktunya ninggalin komennya. Makasi semuanya. kalau begini, dunia blogging jadi semakin menyenangkan. sekarang saya jadi berani masang pagerank button, kalau kemaren-kemaren nggak kuat melihat nol besar. Semoga bisa selalu update blog ini terus...
Dua Jempol untuk Google yang telah memberikan pagerank 2. Coba kalau langsung ngasih saya pagerank 4, pasti 4 empat jempol juga buatmu mbah.
Salam berry devanda
Sunday, October 18, 2009
Penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) Di Sekolah

Banyaknya mata pelajaran yang dibebankan tersebut menyebabkan siswa mengikuti pelajaran dengan “terpaksa”. Perasaan terpaksa tersebut muncul karena tuntutan dari banyak pihak seperti guru, kepala sekolah dan orang tua agar sang siswa dapat mencapai hasil maksimal. Sehingga, agar tuntutan tersebut terpenuhi, siswa berusaha melakukan berbagai cara seperti mencontek dan hal lain yang dapat mewujudkan keinginan banyak pihak tersebut.
Selain itu, beban berat tersebut akan menimbulkan rasa malas bagi sebagian siswa. Karena sangat banyaknya mata pelajaran yang harus mereka pelajari, dan tentunya dengan masing tugas dan pekerjaan rumah (PR) nya maka bagi siswa yang apatis akan muncul sifat malas.
Sistem Kredit Semester (SKS), oleh sebagian pihak diyakini sebagai sebuah solusi yang dapat mengatasi persoalan diatas. SKS akan membuat kehidupan sekolah lebih dinamis dan tidak kaku seperti saat ini. Saat ini siswa tidak diberi pilihan tentang pelajaran yang akan dipelajari pada sebuah semester. Selama ini siswa hanya bisa menerima pelajaran dan guru yang akan mengajar sesuai dengan ketentuan oleh sekolah sebelumnya. SKS akan membuat siswa dapat merencanakan studinya sendiri. Guru pun akan lebih mandiri dalam mempersiapkan dirinya. Penerapan SKS di sekolah sebetulnya sudah disiapkan dengan sebuah aturan yang tertera dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 dan menunggu pengesahan dari Presiden.
Namun, penerapan SKS di sekolah ini tentu harus dikaji lebih dalam. Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan adalah Kualitas dan kesiapan sekolah, Kesiapan Siswa, Orang tua, guru, Sistem UN yang ada saat ini.
Mari kita bahas satu-satu, yang pertama tentang kesiapan sekolah. Apakah penerapan SKS ini bisa disemua sekolah? atau hanya di sekolah tertentu saja seperti sekolah mandiri atau Rintisan Sekolah bertaraf internasional (RSBI). Hal ini menyangkut sarana dan prasarana. Selain itu, pada saat ini, sekolah hanya berfokus pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Sekolah lebih berfikir bagaimana meluluskan seluruh siswanya agar rating sekolah bisa naik.
Yang kedua tentang kesiapan siswa. Dengan diterapkannya SKS, maka akan ada siswa yang menyelesaikan studi lebih cepat, mungkin saja 2,5 tahun. Atau malah lebih lambat, 3,5 tahun. Sistem ini mengharuskan siswa menjadi lebih dewasa dan mandiri dalam mengatur studinya sendiri.
Yang ketiga, kesiapan orang tua. Jika selama ini orang tua bisa “lepas tangan” mengenai urusan rencana studi anaknya, karena semua sudah diatur oleh pihak sekolah, maka dengan sistem SKS, orang tua harus lebih proaktif memantau rencana studi anak-anaknya.
Yang ke empat, kesiapan guru. Penerapan sistem ini memungkin dibukanya mata pelajaran secara paralel. Hal ini akan memberi kesempatan bagi siswa untuk memilih guru yang disukainya. Akan ada kelas yang banyak siswa dan kelas yang sedikit siswanya. Maka guru perlu menyiapkan diri menyangkut hal ini.
Yang kelima, tentang pelaksanaan UN. Adanya siswa yang menyelesaikan studi 2,5 tahun akan menjadi masalah jika pelaksanaan UN hanya satu kali setahun. Jika seorang siswa tamat 2,5 tahun tentu harus menunggu 1 semester agar dapat mengikuti UN. Jika penerapan SKS ini terlaksana, maka UN harus dilakukan 2 kali setahun.
selain masalah diatas mungkin banyak lagi berbagai kelebihan dan kekurangan pelaksanaan SKS. Selain itu, tentu saja dibutuhkan sosialisasi ke berbagai pihak agar pelaksanaannya dapat lebih maksimal. Mudah-mudahan saja pendidikan Indonesia semakin baik dikemudian hari.
Salam berry devanda
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel,
Pendidikan
Wednesday, October 7, 2009
Gempa Sumatera : How to Donate
Tentunya kita yakin, tidak ada yang sia-sia dari setiap kejadian yang ada. Selalu ada pelajaran yang dapat dipetik, walaupun dari masalah seburuk apapun.
Namun, banyak pihak yang masih belum mengetahui bagaimana cara mengirimkan bantuan langsung ke Padang dan sekitarnya. Jika niat baik tidak diiringi dengan informasi yang cukup, tentunya tidaklah sempurna. Berikut informasi yang saya dapatkan dari milis, dengan tujuan agar dapat disebar luaskan demi percepatan rekonstruksi pasca gempa.
Prosedur Pengiriman Bantuan dan Relawan dari Halim PK
Bagi kawan-kawan (organisasi dll) yang ingin menerbangkan bantuan atau relawan ke Padang, Sumatera Barat, melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusumah, berikut ini adalah prosedurnya:
KETENTUAN UMUM:
1. Bantuan yang diutamakan diterbangkan adalah yang mendukung fase tanggap darurat seperti obat-obatan, bahan makanan, genset, ambulan, dan alat-alat kerja lainnya.
2. Semua lalu-lintas bantuan dan orang dikoordinasikan di bawah Posko Terpadu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Halim Perdanakusumah.
3. Ada tiga pintu prosedur untuk mengirim barang/orang: (A). Departemen Sosial, (B) Departemen Kesehatan), dan (C) TNI AU (Lanud Halim PK).
4. Tujuan penerbangan adalah Bandara Minangkabau dan Tabing (TNI AU), Padang, tergantung pada kepadatan lalu lintas bandara setempat.
CONTACT PERSON:
5. Silahkan menghubungi nomor telepon posko untuk melaporkan rencana organisasi Anda (jumlah dan jenis barang, jumlah orang, jadwal, pengangkutan dll). Nomor telepon posko (umum) adalah 021-8019777. Telepon ini 24 jam dijaga oleh prajurit piket TNI AU.
6. Adapun nomor-nomor kontak 3 pintu adalah sebagai berikut: (1) Departemen Kesehatan – Firza Hendra (0812 88959533), (2) Departemen Sosial – Endhy Suwarna 0857 11441172, (3) TNI AU Halim PK – Letkol Nyoman, Kepala Seksi Angkutan (0815 13771992.
7. Bila ada masalah atau pengiriman dalam jumlah sangat besar dan persoalannya kompleks, silahkan hubungi langsung Ketua Koordinator BNPB – Yolak Dalimunthe (0818 06034110) atau Lanud Halim PK, Kolonel Djoko S (0815 8899202). Bila kurang mempan, silahkan langsung ke Danlanud Marsekal Madya Boy Syahrir 0813 10007440. Ada juga perwakilan Mabes TNI di Posko Terpadu (bila ada masalah menyangkut lintas angkatan: Kolonel Hermansyah 0812 8644639).
8. Bagi organisasi asing, bila ingin mengangkut atau mendatangkan barang dari luar negeri, silahkan koordinasi dengan perwakilan Bea Cukai di posko terpadu Halim PK: Sdr Denny (0812 8015251).
INFORMASI TEKNIS
9. Setiap hari rata-rata ada 4 (empat) pesawat Hercules yang terbang ke Padang. Beberapa di antaranya milik Amerika dan Australia. Dengan empat pesawat, bandara Halim PK bisa melayani kira-kira 8 trip (pulang pergi Jakarta-Padang)
10. Kapasitas setiap Hercules rata-rata 13,5 ton sekali terbang. Jumlah orang dan barang yang diangkut berdasarkan assessment posko akan tingkat urgensinya.
11. Sistem pengangkutan first in first out berdasarkan prioritas jenis barang.
12. Bila ingin mengangkut kendaraan (ambulan dll), harus mengosongkan tangki BBM saat boarding.
13. Jadwal terbang paling pagi jam 06.00 WIB dan malam hari kira-kira jam 21.00 WIB. Jadwal bisa berubah.
Demikian kiranya alur pengiriman bantuan yang saya dapatkan dari seorang teman dimilis yang diikuti, mudah-mudahan niat baik para donatur dapat tercapai. Jika ada update informasi terbaru tentang prosedur pengiriman bantuan tersebut, mohon teman-teman tambahkan pada kolom komentar.
Salam berry devanda
Sumber Gambar : http://www.indonesia-tourism.com/aceh/map/sumatera-island.jpg
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel
Sunday, October 4, 2009
Gempa Terdahsyat Sepanjang Hidup(ku)

Sore itu, sekitar pukul 17.00 saya lagi nonton TV bersama keponakan yang usianya baru 3 tahun. Tidak ada sedikitpun firasat bahwa akan terjadi gempa besar. Sore itu, hanya saya, keponakan dan ibunda saja yang berada dirumah. Sekitar pukul 17.16 tiba-tiba saja rumah bergetar hebat tanpa pemberitahuan dan pengumuman lebih dahulu disertai dengan bunyi derit yang menguji nyali. Secara reflek saya menggendong keponakan dan memanggil orang tua saya yang sedang berada di dapur. Orang tua saya lari ke arah halaman belakang karena kebetulan pintunya terbuka, sedangkan saya lari keluar kedepan rumah bersama keponakan. Begitu kuatnya gempa tersebut, sampai-sampai laripun sempoyongan diringi dengan berjatuhannya perabotan rumah. Sampai di luar rumah, goyangannya semakin hebat. Saya coba untuk duduk dirumpun sambil memandang rumah yang bergoyang sangat hebat. Oh My God, saya merasa rumah ini akan runtuh karena hebatnya gempa. Dalam kondisi dudukpun, badan ini rasanya tak kuat menahan goncangan. Ketika itu saya melihat, pagar rumah tetangga runtuh. Untung saya tidak berada dekat bangunan, karena belum lama ini saya post tentang mitigasi bencana gempa bumi.
Setelah mereda, saya mencoba mengalihkan pandangan ke sekeliling, tetangga semuanya keluar rumah, ada yang pakai kain sarung, kaos singlet bahkan ada yang hanya pakai handuk, mungkin lagi mandi. Melihat keaadaan sudah mereda, saya berlari kembali kedalam rumah untuk menjemput orang tua dan mematikan peralatan listrik yang masih hidup. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup.
Segera setelah gempa, litrikpun mati, akses komunikasi terputus. hari berangsur gelap dan langitpun semakin pekat mencekam. Ditengah kondisi panik, perlahan pandangan mulai kabur karena pekat malam dan sedikit demi sedikit air langitpun tumpah sejadi-jadinya. Kepiluan mulai menebar di seluruh pelosok yang terkena gempa.
Kota padang mengalami akibat paling parah. Ditengah gulita malam dan hujan turun dengan sangat deras terdengar sayup-sayup suara jeritan minta tolong dari balik puing reruntuhan bangunan yang kejam menghujam. Raungan sirine ambulan detik demi detik semakin menyayat kalbu dan jantung ini.
Oh sungguh besar kuasa Mu Tuhan.
Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup di bumi Mu ini.
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel
Sunday, September 20, 2009
Perayaan Kesucian

Rasa syukur patut juga dihaturkan ke haribaan yang Maha Kuasa, karena nikmat kesehatan yang masih bersedia hinggap di badan dan jiwa ini, disaat banyak orang lain tidak dapat menikmati hidup. Jangankan menikmati hidup, udara saja banyak yang tidak bisa menghirupnya dengan sempurna, walaupun telah diberikan Tuhan dengan gratis.
Coba sobat bayangkan, Jika kita disuruh bayar setiap udara yang dihirup oleh Nya. Maka pasti habis energi hidup ini untuk membayar udara yang dihirup tadi. Jika saja biaya pemakaian tabung Oksigen di rumah sakit setiap jam kurang lebih Rp. 30.000,-, maka dalam satu hari (24 jam) kita harus bayar Rp. 720.000,-. Dalam satu bulan jumlah tagihan oksigen kita Rp. 21.600.000. Dan dalam satu Tahun Rp. 259.200.000,-.
Jika Dia menagih oksigen yang telah kita hirup semenjak lahir, silahkan hitung saja sendiri. (menghitungnya saja pasti capek apalagi bayarnya). Sungguh nikmat kesehatan adalah nikmat yang sangat indah dan berharga. Huff....Thanks God, Alhamdulilah. Sungguh Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan kasih sayang-Nya saya masih bisa menikmati teknologi, salah satunya Internet dan bertemu banyak orang baik di dunia maya, termasuk para blogger yang selalu menyemangati.
Dibalik semua nikmat yang masih diberikan Tuhan di hari yang fitri ini, tiba-tiba timbul pertanyaan, apakah saya pantas menerima nikmat yang banyak tersebut? apakah saya berhak merayakan hari yang diperuntukan bagi orang-orang yang mendapatkan kembali “kesuciannya”. Apakah Tuhan akan ikhlas jika saya juga ikut nimbrung dalam jamaah shalat ‘id dan bertakbir memuja namaNya.? Apakah saya pantas menerima ucapan Minal Aidin Wal Faizin? Sebuah ucapan yang oleh sebagian banyak orang salah mengartikan dan menterjemahkannya dengan mohon maaf lahir batin. Apakah saya kembali Suci (fitrah).
Sepertinya saya masih jauh dari hal tersebut. Maunya sih ingin mengklaim diri udah kembali suci lagi nih. Tapi kok ada yang mengganjal ya?Sepertinya ada sesuatu yang nggak pas dengan klaim tersebut . Hati kecil saya seolah berkata sinis kepada saya, “Berry Devanda, jangan merasa suci dulu kamu, Sholat aja masih sedapat mungkin di akhir waktu, hoby menggunjingkan aib orang lain walaupun judulnya diskusi dan nggak merasa bergunjing, kata-kata yang terucap aja masih sering menyakitkan perasaan orang lain walaupun maksunya minta dihormati dan dihargai, masih suka merasa lebih dari orang lain, puasa juga sekedar menahan lapar dan haus, biarlah...biarlah dan ikhlaskanlah titel orang yang kembali fitrah itu diterima oleh yang berhak, dan yang pastinya bukan Kamu”.
Saya coba juga teguhkan hati bahwa saya berhak juga mengklaim diri kembali suci, tapi malah semakin keras ganjalannya. Sepertinya memang belum jatah saya titel itu. Saya berpandangan, bahwa seseorang yang kembali suci tersebut kurang lebih bentuknya seperti ini, orang sangat bijaksana, pandangan matanya sejuk, gerak gerik dan tingkah lakunya selalu menyenangkan orang yang berada didekatnya, murah senyum, wajah berseri membuat mata tak pernah bosan memandangnya, selalu menebar bahagia ke sekitarnya. Cara berpakaiannya tidak menimbulkan rasa jijik, iri dan fitnah terhadap dirinya, sangat enak dipandang mata. Analogi sederhananya sama dengan seorang bayi yang baru dilahirkan. Karena semua bayi dilahirkan dalam keadaan suci. Seorang bayi selalu membuat kita tersenyum, karena ia tersenyum dengan ikhlas. Selalu membuat kita selalu ingin memandangnya karena tingkah polahnya penuh keikhlasan tak ada kepura-puraan.
Selain itu, Memiliki etos kerja yang powerfull dengan responsibility maksimal. Menjadi tempat mengadu ketika susah dan pengingat ketika bahagia. Benar-benar manusia paripurna (insan kaamil). Saya sudah seperti itu? He...he...he... Muke lho jauh....
Wajar saja ketika mengklaim saya sudah kembali suci, hati kecil saya tersenyum sinis seraya kemudian tertawa terpingkal-pingkal. Huff...tak apalah, jika tahun ini belum jatah saya, mudah-mudahan tahun depan hati kecil saya bisa setuju saat saya klaim kesucian lagi. mudah-mudahan juga masih diberi kesempatan untuk itu. Tapi sebenarnya kan nggak harus nunggu bulan puasa dulu kan? Proses merebut kembali kesucian kan bisa kapan saja dan dimana saja. Mari sama-sama kembali merebut kesucian kita masing-masing....yuk mari...
Salam berry devanda.
Sumber Gambar : http://n4nachiby.wordpress.com
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel
Wednesday, September 2, 2009
MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI

Di Jakarta sendiri, efeknya pun tidak sedikit. Maklum, Jakarta memang jarang diguncang gempa sehingga membuat warganya sontak terkejut dengan guncangan tersebut. Timbul pertanyaan, di daerah manakah di Indonesia ini yang aman dari bencana? Jika sudah seperti ini, maka tidak ada lagi tempat yang aman di Indonesia ini dari bencana, baik gempa bumi, kebakaran hutan, banjir dan lain sebagainya.
Meskipun begitu, hidup di daerah yang rawan bencana justru akan membuat bangsa ini menjadi tahan banting, tidak manja, penuh kesiagaan dan tentu saja akan memaksimalkan kinerja otaknya untuk dapat terus bertahan hidup. Tinggal sejauh mana bangsa ini mampu meningkatkan kewaspadaannya untuk dapat mengurangi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana (dalam hal ini gempa bumi) dan dapat segera bangkit setelah bencana terjadi dengan produktifitas yang sama dengan sebelumnya.
Mitigasi adalah segenap usaha untuk meminimalisir kerugian dan resiko akibat bencana alam. Perlu kita sadari, bahwa gempa sangat jarang sekali membunuh, umumnya yang membunuh itu adalah reruntuhan bangunan akibat gempa dan si korban tidak melindungi diri dari bangunan tersebut.
Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum terjadi, ketika berlangsung dan setelah terjadi gempa bumi.
Mari kita bahas satu-satu (serius ne....;-))
1. Sebelum terjadi gempa
Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar selalu siaga adalah
• Dirikanlah bangunan (kantor, rumah dsb) sesuai dengan kaidah2 yang baku. Diskusikan lah dengan para ahli agar bangunan anda tahan gempa. Jangan membangun dengan asal-asalan apalagi tanpa perhitungan
• Kenalilah lokasi bangunan tempat anda tinggal atau bekerja, apakah tidak berada pada patahan gempa atau tempat lain seperti rawan longsor dsb.
• Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional. Jika anda punya lemari, ada baiknya dipakukan ke dinding, agar tidak roboh dan ikut menindih ketika terjadi gempa. Jika ada perabotan yang digantung, periksalah secara rutin keamananya.
• Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb. Sediakan juga Radio, karena pada saat gempa alat komunikasi dan informasi lain seperti Telpon, HP, Televisi, Internet akan terganggu. Radio yang hanya menggunakan baterai akan sangat berguna disaat bencana.
• Selalu periksa penggunaaan Listrik dan gas, matikan jika tidak digunakan.
• Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah sakit dll.
• Kenalilah jalur evakuasi. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah rawan Tsunami, saat ini telah membangun jalur evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Seperti di daerah saya, Kota Painan, Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat telah dibangun jalurnya.
• Ikutilah Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa yang sudah mulai dilakukan oleh beberapa daerah seperti Kota Padang, Sumatera Barat. Hal ini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Jepang. Sehingga mereka tidak canggung lagi ketika terjadi bencana. Dengan mengikuti kegiatan ini, kita akan terbiasa dengan bentuk2 peringatan dini yang disediakan pemerintah daerah, seperti sirine pertanda Tsunami, Sirine Banjir dsb.
2. Ketika berlangsung gempa
• Yang pertama sekali adalah DON’T BE PANIC, kuasai diri anda bahwa anda dapat lepas dari bencana tersebut.
• Menghindar dari bangunan, pohon, tiang listrik dsb yang berkemungkinan roboh menimpa kita. Jika anda berada dalam gedung, berusahalah untuk lari keluar. Jika tidak memungkinkan berlindunglah di bawah meja yang kuat, tempat tidur. Atau berlindunglah di pojok bangunan, karena lebih kuat tertopang.
• Perhatikan tempat anda berdiri, karena gempa yang besar akan memungkinkan terjadinya rengkahan tanah.
• Jika anda sedang berkendara, matikan kendaraan anda dan turunlah. Jika anda sedang berada di pantai, maka berlarilah menjauhi pantai tersebut. jika anda sedang berada di daerah pegunungan, maka perhatikan disekitar anda apakah ada kemungkinan longsor.
3. Setelah terjadi gempa
• Jika anda masih berada dalam gedung, maka yu keluar dengan tertib, jangan gunakan Lift, gunakanlah tangga.
• Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam, kebocoran gas, dinding retak dsbnya. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika ya, lakukanlah pertolongan pertama.
• Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk roboh
• Carilah informasi tentang gempa tersebut, gunakanlah radio tadi.
Sekian aja dulu ya...ntar kalau kepanjangan sobat blogger juga pada malaz bacanya
Semoga bermanfaat...
Ingat, gempa sangat jarang sekali membunuh, umumnya yang membunuh adalah reruntuhan bangunan.
Saya ingat motto Pak Dr. Ir. Badrul DEA (Ketua Himpunan Geofisika Indonesia (HAGI) Sumbar)
HIDUP AMAN, TENTRAM & NYAMAN DI NEGERI RAWAN GEMPA
Sumber Gambar : http://www.careindonesia.or.id
Labels:
Analisa Sosial,
Artikel,
Pendidikan
Subscribe to:
Posts (Atom)